kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Per September produksi CPO Mahkota Group (MGRO) sudah 75% dari target


Rabu, 21 Oktober 2020 / 18:44 WIB
Per September produksi CPO Mahkota Group (MGRO) sudah 75% dari target
ILUSTRASI. Pabrik kelapa sawit PT Mahkota Group Tbk


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mahkota Group Tbk (MGRO) terus mengerek kinerja bisnisnya di sepanjang tahun ini. Salah satunya dengan menggenjot produksi minyak sawit mentah (CPO) secara signifikan dibandingkan tahun lalu.

Elvi, Sekretaris Perusahaan MGRO mengatakan perseroan saat ini sedang mengejar target produksi CPO sebanyak 230.000 ton sampai dengan akhir tahun ini. Jika dibandingkan produksi tahun lalu yang mencapai 213.000 ton, maka terdapat kenaikan sekitar 8% di tahun ini.

Peningkatan produksi ini, kata Elvi, diperuntukkan guna memenuhi permintaan pasar lokal dan sebagian CPO juga digunakan sebagai baku untuk produksi Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil ( RBDPO), minyak sawit yang telah disuling. "Prospek permintaan di pasar lokal sampai saat ini masih berjalan normal, dimana dari sisi harga CPO sejak Juni 2020 cenderung meningkat," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (21/10).

Sayangnya manajemen enggan menerangkan lebih rinci soal harga yang diperolehnya saat ini, yang jelas kata Elvi perusahaan berharapkan tren tersebut dapat berlangsung sampai akhir tahun ini. Adapun sampai dengan akhir September, produksi CPO perseroan telah mencapai 173.749 ribu ton atau 75% dari target.

Selain fokus pada pencapaian target produksi, Elvi bilang perseroan jg berharap lini produk refinery alias RBDPO. "Agar dapat berkembang dengan baik dan lancar sehingga dapat memberikan kontribusi laba yang besar," terangnya.

Lebih lanjut Elvi bilang, potensi pasar RBDPO sangat besar, sebab produk turunan sawit tersebut dibutuhkan sebagai bahan baku dasar dalam pembuatan produk-produk akhir seperti margarin, minyak goreng, serta kebutuhan-kebutuhan dasar lainnya.

Baca Juga: PT Mahkota Group Tbk (MGRO) Mengulik Peluang Produk Turunan Minyak Sawit

Untuk itu perusahaan mematok produksi RBDPO tahun ini mencapai 110.000 ton. Produk turunan CPO itu baru mulai diproduksi di pertengahan tahun ini pasca berdirinya pabrik refinery anyar perseroan di Riau yang mulai dibangun akhir tahun 2018 dan beroperasi pada semester satu tahun ini.

Perseroan tampaknya masih menghitung volume produksi turunan minyak sawit tersebut, tapi sampai Juli 2020 kemarin, total volume produksi RBDPO telah mencapai 6.143 ton. Di mana, dari total produksi tersebut 60% dijual untuk pasar ekspor dan 40% lokal. 

Pembeli lokal RBPDO MGRO terdiri atas perusahaan oleochemical yang menjadikan RBDPO sebagai bahan baku untuk diolah menjadi produk akhir seperti margarin, minyak goreng, dan lain-lain. Sementara itu, mayoritas pembeli RBDPO MGRO di pasar ekspor merupakan perusahaan perdagangan atau trader.

Elvi belum dapat merinci soal proyeksi pendapatan sampai akhir tahun, namun manajemen mengaku pasar masih penuh dengan tantangan. Untuk itu perseroan juga cukup berhati-hati dalam melihat peluang bisnis di tahun depan.

Di tengah situasi pandemi serta perang dagang yg berdampak pada ekonomi global saat ini, kata Elvi, cukup menyulitkan dalam memprediksi kondisi bisnis ini di rahun 2021. "Namun perseroan berkeyakinan bahwa kebutuhan akan minyak sawit dalam kehidupan manusia akan tetap menjadi faktor utama dalam perkembangan bisnis ini pada masa mendatang," katanya.

Mengulik laporan keuangan perseroan sampai dengan Juni tahun 2020 pendapatan bersih MGRO melonjak 57,28% secara tahunan menjadi Rp 1,28 triliun. Hanya saja beban pokok penjualan perseroan terungkit lebih tinggi 65,7% dibandingkan semester pertama tahun lalu menjadi Rp 1,23 triliun di periode yang sama tahun ini.

Sehingga laba kotor perseroan tercatat hanya Rp 55,17 miliar atau anjlok 26,02% secara tahunan yang mana di paruh pertama tahun lalu tercatat Rp 74,58 miliar. Belum lagi beban penjualan dan administrasi membengkak, alhasil perseroan memperoleh rugi bersih Rp 33,32 miliar di semester satu tahun ini, lebih dalam ketimbang rugi bersih di semester pertama tahun 2019 yang sebesar Rp 3,07 miliar.

Selanjutnya: Prospek menjanjikan, Mahkota Group (MGRO) kejar produksi sekitar 110.000 ton RBDPO

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×