Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hotel Indonesia Natour atau HIN (Persero) bergabung dalam dua holding yang sedang dibentuk BUMN, yakni holding hotel serta holding pariwisata dan pendukung. Selain sebagai operator hotel, HIN bakal melebarkan bisnisnya di hospitality industry.
Project Management Office (PMO) Holding BUMN Pariwisata dan Pendukung, Edwin Hidayat menjelaskan untuk mencapai skala bisnis yang optimal, peran sebagai pemilik (ownership) dan operator akan dipisah dalam holding hotel BUMN. Aset hotel akan dikumpulkan di PT Wijaya Karya Realty (Wika Realty), termasuk 11 hotel milik HIN yang akan diserahkan kepada Wika Realty.
Sedangkan komersialisasinya akan dikelola oleh joint venture antara Wika Realty dan HIN, yakni Hotel Indonesia Group (HIG). Mayoritas kepemilikan HIG dimiliki oleh HIN dengan porsi 51%, sedangkan 49% saham HIG dikantongi Wika Realty.
"Strateginya memang dipisahkan antara operator dan aset ownership. Jadi yang dibesarkan di HIN kita sebutnya demand management, akan melakukan integrasi fungsi-fungsi pariwisata, termasuk hotel. HIN hotel operator dan pengembangan system-human capital untuk pariwisata," kata Edwin dalam wawancara bersama KONTAN, beberapa hari lalu.
Baca Juga: Badan Usaha Milik Negara (BUMN) segera membentuk holding pariwisata
Dalam tahap awal, Wika Realty akan melakukan inbreng saham dan akuisisi untuk mengintegrasikan 21 hotel yang berasal dari 11 hotel HIN, 1 hotel dari PT Aero Wisata dan 9 hotel dari PT Pegadaian.
Dihubungi terpisah, Direktur Utama Hotel Indonesia Natour Iswandi Said mengungkapkan bahwa sebagai kompensasi penyerahan 11 unit hotel dimilikinya, HIN akan memiliki saham di Wika Realty. Meski belum resmi, namun nantinya HIN bakal memiliki sekitar 25%-27% di Wika Realty.
"Sekitar itu (25%-27% saham HIN di Wika Realty), dalam proses menuju transaksi, diharapkan akhir September," ungkap Iswandi saat dikonfirmasi Kontan.co.id, beberapa hari lalu.
Iswandi menyebutkan, ada dua cara penggabungan aset ke holding hotel ini. Yakni melakui beli-putus, atau kompensasi melalui saham. Artinya, Wika Realty nantinya tidak hanya dimiliki oleh Wijaya Karya saja, melainkan juga ada saham HIN dan juga BUMN lain yang kepemilikan hotelnya ingin diganti dengan saham di Wika Realty.
Baca Juga: Tetap sehat bersaing dengan swasta, BUMN segera bentuk holding pariwisata
Meski dari sisi holding ownership Wika Realty berperan sebagai induknya, namun pada bagian operator, HIN memiliki saham mayoritas di HIG. Iswandi menginformasikan, HIG sendiri sebenarnya sudah terbentuk sejak September 2016 yang kala itu dimiliki oleh HIN bersama Patra Jasa.
Namun sejak Juni 2021, kepemilikan Patra Jasa di HIG sudah beralih kepada Wika Realty. "HIN dengan kompetensinya sebagai operator akan menjalankan HIG sebagai anak perusahaannya. Jadi HIG sebagai operator hotel, pandanannya seperti Marriott dan Accor," ungkap Iswandi.
Holding Pariwisata
Tak hanya masuk ke holding hotel BUMN, HIN juga bakal berperan dalam holding pariwisata dan pendukung. Edwin Hidayat membeberkan, ada empat sub-klaster dalam holding pariwisata BUMN, yakni klaster airlines, klaster airport, klaster pariwisata, serta klaster aviasi services dan kargo.
Selain sebagai hotel operator, di sini HIN juga akan berperan sebagai demand management dan market penetration, termasuk penyediaan paket pariwisata. "Jadi dia yang akan melakukan fungsi integrasi dalam ekosistem pariwisata. Jadi nanti kerjasama dengan airline, airport, destinasi dan lainnya. Bundling produk, itu vehicle-nya holding adalah HIN," terang Edwin.
Iswandi pun menyambut baik keterlibatan HIN dalam holding pariwisata dan pendukung ini. Menurutnya, dengan keanggotaan di holding pariwisata, HIN akan menegaskan posisi di hospitality industry.
Tak hanya sebagai operator hotel, namun HIN juga berperan sebagai travel managemenet termasuk menyiapkan paket bundling wisata untuk turis domestik dan manca negara. Menurut Iswandi, hal ini akan berdampak positif sebagai bagian dari transformasi perusahaan dan diversifikasi bisnis.
Baca Juga: 11 Hotel Inna Group Dulu Milik BUMN Sekarang Milik Anak BUMN, Simak Konsekuensinya!
"Tentunya ini akan memperbesar lingkup HIN, bahwa HIN tidak hanya sebatas hotel, tapi sekarang sudah diversifikasi produknya ke industri hospitality lainnya," tutur Iswandi.
Dengan ini, sumber pendapatan (revenue stream) HIN pun bakal semakin mengucur. Baik dari operasional bisnis yang semakin luas, maupun dari dividen atas kepemilikan sahamnya. "Bisa dapat dari Wika Realty karena punya saham. Dapat dari HIG karena mayoritas, dan dari travel management karena dari produk kan ada margin," pungkas Iswandi.
Adapun, Holding Pariwisata dan Pendukung ini akan dipimpin oleh PT Survey Udara Nasional (Persero) atau Penas, yang sudah berubah nama menjadi PT Aviasi Pariwisata Indonesia. Holding ini beranggotakan tujuh perusahaan, yakni Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, HIN, PT Garuda Indonesia Tbk, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero), PT Sarinah (Persero) dan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero).
Selanjutnya: WIKA menyuntik modal Rp 775 miliar ke Wika Realty untuk akuisisi hotel BUMN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News