kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perang dagang untungkan Indonesia terutama untuk CPO


Senin, 16 April 2018 / 19:11 WIB
Perang dagang untungkan Indonesia terutama untuk CPO
ILUSTRASI. Panen tandan buah segar kelapa sawit


Reporter: Abdul Basith | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China akan menguntungkan bagi Indonesia. Ekspor Indonesia ke China terutama untuk Crude Palm Oil (CPO).

Hal itu dikarenakan adanya rencana pembatasan impor kedelai oleh China dari AS. "Perang dagang antara AS dan China bisa menjadi potensi yang bagus," ujar Direktur Eksekutif Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Iskandar Andi Nuhung kepada Kontan.co.id, Senin (16/4).

Iskandar bilang selama ini China menggunakan kedelai dari AS untuk memenuhi sebagian kebutuhan minyak nabatinya. Pola hidup masyarakat yang menyukai makanan digoreng membuat kebutuhan minyak nabati China besar.

Hal itu dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Pemberhentian impor kedelai dari China dapat membuat CPO masuk untuk menjadi substitusi kebutuhan minyak nabati China.

"Perang dagang yang dilakukan akan membuat China butuh minyak nabati lain termasuk sawit," terang Iskandar.

Asal tahu saja China merupakan salah satu negara tujuan ekslor CPO Indonesia terbesar kedua. Ekspor CPO Indonesia ke China berada di bawah India.

Iskandar bilang tiap tahunnya Indonesia mengekspor CPO sebesar 7 juta ton hingga 8 juta ton. Angka tersebut menguasai 50% hingga 60% konsumsi minyak nabati China.

Penghentian impor kedelai dinilai akan membuat ekspor CPO melonjak. Iskandar memperkirakan ekspor CPO dapat mencapai angka 10 juta ton hingga 11 juta ton.

Namun, hal tersebut dinilai perlu upaya dari pemerintah. "Potensi tersebut tergantung pada pemerintah melakukan penetrasi pasar," jelas Iskandar.

Sementara dari segi ketersediaan bahan baku, Iskandar optimistis peningkatan ekspor dapat dipenuhi. Hal tersebut diperlukan substitusi dari negara yang ekspornya turun.

Salah satu negara tujuan yang ekspornya turun adalah India. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor CPO ke India turun 22,95% pada periode Januari hingga Maret 2018.

"India menerapkan bea masuk tinggi meskipun pemerintah berupaya untuk melakukan negosiasi dan beberapa upaya lainnya," ungkap Kepala BPS Suhariyanto.

Suhariyanto menambahkan Indonesia perlu melakukan pengamanan CPO. CPO memiliki kontribusi yang besar bagi perdagangan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×