kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang Grab dan Gojek di pembayaran digital


Rabu, 13 Desember 2017 / 20:16 WIB
Perang Grab dan Gojek di pembayaran digital


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspansi aplikasi transportasi online kini mulai mengarah ke sistem pembayaran digital. Inilah yang sedang dilakoni Gojek dan Grab di pasar Indonesia.  

Apalagi Gojek Indonesia sudah mengantongi izin dari Bank Indonesia sebagai salah satu layanan pembayaran digital yang resmi lewat GoPay. Namun, pesaing terdekat yakni GrabPay dari Grab, untuk sementara terhenti karena belum mendapat izin dari bank sentral.

Menurut Ongki Kurniawan, Managing Diretor GrabPay Indonesia, hingga kini pihaknya masih dalam proses perizinan mengoperasikan GoPay di pasar Indonesia. "Ini membuat layanan pengisian ulang (top  up) di GrabPay kami tutup, dan semuanya (persyaratan) masih dalam tahap pendaftaran," katanya kepada KONTAN, Rabu (13/12).

Ia berjanji, setelah mendapat lisensi, pihaknya bakal menggeber habis GrabPay, Pihaknya akan berkaca pada GrabPay yang ada di Singapura.  Di negeri Merlion tersebut, layanan pembayaran digital tersebut sudah bisa dipakai untuk transfer dana antar pengguna lewat aplikasi Grab.

Aksi lain yang akan diterapkan adalah metode pembayaran merchant yang tidak lagi memakai electronic data capture (EDC) tapi dengan QR Code yang diklaim jauh lebih murah ketimbang EDC.

Ini berdasarkan pengalaman di Singapura. Yang melakukan ujicoba penerapan QR Code di negeri itu terhadap 50 lapak. Di pagi hari masih banyak yang memakai pembayaran tunai, tapi saat siang hari sekitar 50% memakai QR Code. "Metode inilah yang bakal kami terapkan dan luncurkan di Indonesia," tuturnya.

Berbicara soal regulasi QR Code, Ongki bilang pemerintah sedang memproses menguji standar lisensi QR Code sembari menunggu pelaku yang akan mengadopsi teknologi tersebut.

Ekspansi lain adalah memberi layanan pembayaran digital seperti pengisian pulsa serta bill payment untuk BPJS, PLN atau PDAM.
Sambil menunggu lampu hijau dari BI, GrabPay mulai mempersiapkan diri membangun ekosistem keuangan digital. Salah satunya dengan PayTren selama lima tahun ke depan.

Pembayaran digital milik Yusuf Mansyur tersebut kini sudah punya 1,7  juta mitra di seluruh Indonesia. Lewat kerjasama yang bakal dimulai pertengahan Januari nanti, fitur di Grab, PayTren serta platfrom Kudo yang awal tahun ini Grab akuisisi saling mengisi satu sama lain.

 Asal tahu saja, mitra Kudo saat ini saja sudah tembus 700.000 mitra di 500 kota.  Ini artinya, layanan Grab pun langsung tersedia di kota tersebut. Termasuk nantinya setelah kerjasama dengan PayTren beroperasi pada pertengahan Januari 2018.

Langkah ini sebagai upaya layanan GrabPay cepat berkembang di seluruh penjuru Indonesia. "Sebab kami butuh bantuan mitra di lapangan," tuturnya.

Sayang, Ongki tidak merinci target bisnis dari rencana ekspansi penerapan GrabPay di Indonesia. Yang jelas, pihak Grab tengah berinvestasi di Indonesia dan sudah menyiapkan dana hingga US$ 700 juta. Salah satunya adalah untuk pengembangan sistem pembayaran digital.

Pesaing terdekat, Gojek Indonesia tidak kalah agresif. Dalam catatan KONTAN, Nadiem Makarim, CEO Gojek Indonesia bakal mengoptimalkan layanan GoPay untuk bisa melayani semua transaksi pembayaran.

Jadi nantinya, pembayaran untuk pembelian minum kopi, pembelian kebutuhan pokok, tiket dan hal lain diluar layanan gojek bisa dilakukan lewat GoPay.
Sejatinya rencana ini sudah berlangsung lewat fitur Go Bills. Lewat fitur tersebut, pelanggan bisa membayar beberapa tagihan. Seperti listrik serta BPJS Kesehatan.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×