kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.204   62,76   0,88%
  • KOMPAS100 1.106   11,08   1,01%
  • LQ45 878   11,31   1,31%
  • ISSI 221   1,16   0,53%
  • IDX30 449   6,13   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,20   0,97%
  • IDX80 127   1,37   1,09%
  • IDXV30 135   0,73   0,54%
  • IDXQ30 149   1,60   1,08%

Perbedaan revaluasi aset Inalum makin mengerucut


Minggu, 13 Oktober 2013 / 17:21 WIB
Perbedaan revaluasi aset Inalum makin mengerucut
ILUSTRASI. Kepolisian Bern Swiss menemukan jenazah Eril putra sulung Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Proses pengambil alihan PT Indonesia Asahan Alumunimum (Inalum) hingga kini belum juga tuntas. Perbedaan nilai revaluasi aset yang dilakukan antara Pemerintah Indonesia dan jepang belum juga menemukan titik temu.

Meski begitu, menurut Menteri Perindustrian Mohammad Suleman Hidayat, perbedaan revaluasi aset sudah semakin mengkerucut.

Sebelumnya, perbedaan penilaian aset Inalum yang dilakukan antara Indonesia dan Jepang mencapai US$ 260 juta. Menurut pihak Indonesia, seperti hasil penghitungan yang dilakukan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) nilai aset Inalum mencapai US$ 390 juta. Sedang menurut pihak Jepang nilai aset Inalum mencapai US$ 650 juta.

"Saat ini sudah mengerucut lebih kecil, masing-masing pihak saling menyesuaikan," ujar Hidayat, akhir pekan lalu.

Meski begitu Hidayat tidak menyebutkan seberapa besar penurunan selisih penilaian aset Inalum saat ini. Ia hanya menyebutkan, Indonesia sudah menaikan nilai revaluasi dari sebelumnya, begitu juga dengan Jepang yang sudah menurunkan dari nilai semula.

Kedua pihak saat ini masih melakukan negosiasi. Padahal, sebelumnya Menteri Koordinator bidang perekonomian Hatta Rajasa bilang, negosiasi ditargetkan akan rampung pada akhir September 2013. Namun, hingga minggu oertama bulan Oktober penyelesaian masalah beda penghitungan ini belum juga selesai.

Hatta optimistis, masalah pengambil alihan Inalum ini tidak akan diselesaikan melalui jalur arbitrase. Lazimnya, jika terdapat perbedaan pandangan atas masalah arbitrase, seperti pengambil alihan perusahaan akan diselesaikan di Badan Arbitrase Internasional. Namun, menurut Hidayat penyelesaian sengketa melalui arbitrase akan membutuhkan waktu lebih panjang.

Sementara itu, Hatta optimistis proses pengambil alihan seluruh aset inalum bisa tuntas sebelum akhir blan Oktober. Nantinya, Inalum akan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), setelah itu akan dilakukan konsolidasi, dibentuk manajemen baru.

Selama ini Inalum mayoritas sahamnya dikuasai oleh Asing, nanti Pemerintah akan menentukan ekspansinya masu seperti apa bahkan kalau perlu menurut Hidayat akan dipertimbangkan apakah perlu ada tambahan share holder daerah atau tidak.

Hanya mengingatkan, Inalum adalah perusahaan pengolahan alumunium yang didirikan di Jakarta 6 Januari 1976 yang lalu. Perusahaan ini merupakan hasil patungan antara Indonesia dan pihak Jepang.

Dari Jepang ada 12 perusahaan swasta yakni Sumitomo Chemical Company Ltd, Sumitomo Shoji Kaisha Ltd, Nippon Light Metal Company Ltd, C Itoh & Co Ltd, dan Nissho Iwai Co Ltd. Selain itu, Nichimen Co Ltd, Showa Denko KK, Marubeni Corp, Mitsubishi Corp, dan Mitsui Aluminium Co Ltd.

Nah, dari hasil kerjasama itu, Indonesia berhak atas 41% saham Inalum dan sisanya pemerintah Jepang melalui Japan Bank for International Cooperation (JBIC) dan 12 perusahaan swasta tersebut. Pada 31 Oktober 2013 ini, kontrak kerjasama Inalum akan berakhir dan pemerintah berniat membeli saham yang dimiliki Jepang tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×