Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para pelaku usaha mendesak pengelola Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya untuk segera melakukan peremajaan peralatan di terminal guna meningkatkan efisiensi bongkar muat.
Ketidakefisienan dalam penanganan peti kemas telah menyebabkan port stay kapal lebih lama, dwelling time meningkat, dan distribusi barang terhambat, yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan biaya operasional dan logistik bagi pengguna jasa.
Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Jawa Timur, Sebastian Wibisono, menegaskan bahwa peremajaan peralatan di terminal merupakan kebutuhan mendesak.
Baca Juga: Respon Lonjakan Industri Jateng, Pelindo TPK Tambah Alat Bongkar Muat TPK Semarang
Menurutnya, perlambatan arus barang dari terminal menjadi salah satu penyebab utama inefisiensi. Peralatan bongkar muat yang sudah tua sering mengalami kerusakan, sehingga memperpanjang waktu tunggu dan menurunkan kapasitas produksi.
Jika alat mengalami kerusakan ringan, proses perbaikannya bisa memakan waktu lama, terutama jika harus mengganti suku cadang.
Dengan adanya peralatan baru, efisiensi operasional diharapkan meningkat. Saat ini, kecepatan bongkar muat berkisar 20-25 kontainer per jam, dan dengan peralatan baru, angka tersebut dapat meningkat hingga 35 kontainer per jam.
Hal ini akan mempercepat arus kapal dari bongkar muat hingga ke penyimpanan di blok atau storage.
Wibisono juga menekankan pentingnya peran Pelindo dalam menangani masalah ini. Setelah menjadi subholding yang mengintegrasikan berbagai layanan terminal kontainer, peti kemas, jasa maritim, dan solusi logistik, Pelindo seharusnya mampu menerapkan sistem yang lebih efisien.
Baca Juga: Perikanan Indonesia Targetkan Kapal Tangkap Modern Tingkatkan Nilai Tambah 2X Lipat
Namun, hingga kini, skema integrasi tersebut belum berjalan optimal. Sistem yang ada masih memerlukan penyempurnaan, terutama dalam aspek digitalisasi, agar administrasi dan pengambilan barang dapat berlangsung lebih cepat.
Selain peremajaan peralatan dan digitalisasi sistem, Wibisono menekankan pentingnya harmonisasi komunikasi antara terminal dan asosiasi pengguna jasa. Diskusi yang terbuka diperlukan agar kendala di lapangan dapat segera diatasi melalui koordinasi yang lebih baik.
Ketua Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) DPC Surabaya, I Wayan Sumadita, mengungkapkan bahwa layanan bongkar muat di pelabuhan utama Surabaya juga mengalami kemunduran akibat keterbatasan kapasitas alat. Waktu tunggu bongkar muat bisa mencapai 14 jam tergantung kondisi pelabuhan.
Sementara itu, Kepala Bidang Lalu Lintas Angkutan Laut, Operasi, dan Usaha Kepelabuhanan KSOP Kelas Utama Tanjung Perak, Nanang Affandy, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, pelabuhan, dan perusahaan pelayaran untuk meningkatkan kualitas layanan.
Baca Juga: MSC Percayakan IPC TPK Layani Kapal Perdana MSC Sijing
Pihaknya berkomitmen untuk terus menjaga kualitas pelayanan di Pelabuhan Tanjung Perak dan terbuka terhadap masukan demi perbaikan berkelanjutan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News