Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha PT Kalbe Farma Tbk, PT Enseval Putera Megatrading Tbk ingin terus mengembangkan bisnisnya. Tahun ini, emiten yang memiliki kode saham EPMT tersebut menganggarkan belanja modal atawa capital expenditure (capex) sekitar Rp 100 miliar-Rp 200 miliar untuk memperluas jangkauan distribusi dengan mengandalkan kas internal.
Pada nantinya, perluasan jangkauan distribusi akan dilakukan dengan beberapa langkah seperti dengan menambah gudang, cabang serta kantor penjualan (sales office) baru, maupun dengan bekerja sama dengan sub distributor di area yang menjadi target.
Baca Juga: Ada insentif, nilai restitusi PPN bagi eksportir sektor tertentu tak dibatasi
Sejauh ini, Kalbe Farma selaku induk EPMT belum bisa memastikan berapa jumlah penambahan gudang, cabang, maupun kantor penjualan baru yang ingin dikejar. Yang jelas, rencana perluasan jangkauan distribusi ini akan dilakukan di sebanyak 3-5 area baru dengan menyasar daerah-daerah seperti sebagian Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
“(Jumlahnya) tergantung kebutuhan,” ujar President Director Kalbe Farma, Vidjongtius kepada Kontan.co.id (13/0).
Sedikit informasi, mengacu kepada laporan paparan publik EPMT pada 17 Desember 2019 lalu, sebelumnya perusahaan yang bergerak telah memiliki dan mengoperasikan sebanyak 48 cabang milik perseroan, 28 cabang melalui anak perusahaan EPMT, yakni Tri Sapta Jaya, 27 kantor penjualan, serta dua pusat distribusi regional.
Adapun jangkauan distribusinya diperkirakan melebihi dari 200.000 outlet, baik melalui saluran perdagangan tradisional seperti grosir, pengecer dan toko, saluran perdagangan modern seperti mini market dan department store, dan saluran perdagangan farmasi yang mencakup apotik, toko obat, rumah sakit, laboratorium, klinik, dsb.
Baca Juga: WHO rekomendasikan Indonesia lakukan delapan tindakan hadapi virus corona Covid-19
Menyoal kinerja, sejauh ini, Vidjongtius mengaku masih belum bisa memperkirakan proyeksi kinerja top line dan bottom line EPMT hingga tutup tahun nanti. “Tahun 2020 masih perlu monitor dampak gejolak ekonomi karena virus corona,” kata Vidjongtius.
Per kuartal III 2019 lalu, EPMT mencatatkan penjualan neto sebesar Rp 16,48 triliun. Angka ini tumbuh sekitar 8,9% dibanding penjualan neto periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 15,12 triliun.
Sebagian besar penjualan neto perseroan pada sembilan bulan pertama tahun lalu berasal dari segmen barang konsumsi yang penjualannya tercatat sebesar Rp 7,11 triliun atau setara dengan 43,16% dari total penjualan di sepanjang Januari - September 2019.
Baca Juga: Larang ekspor masker, Menteri Perdagangan siapkan aturannya
Sementara itu, segmen obat-obatan tercatat menyumbang sebesar Rp 6,94 triliun atau setara dengan sekitar 42,13% dari total penjualan neto. Adapun lini penjualan seperti peralatan kesehatan dan lain-lain tercatat menyumbang Rp 2,42 triliun pada periode yang sama.
Seiring dengan pertumbuhan top line, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada entitas induk alias laba bersih perseroan ikut bertumbuh sekitar 3,9% yoy dari yang semula sebesar Rp 469,42 miliar di kuartal III 2018 menjadi Rp 470,95 di kuartal III 2019 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News