Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkembangan industri kendaraan listrik di Indonesia terus dipacu oleh pemerintah dan perusahaan swasta. Keduanya saling bahu-membahu membangun ekosistem kendaraan listrik untuk masa yang akan datang.
Pada tahun 2030, berdasarkan skenario awal grand design energi, jumlah kendaraan listrik ditargetkan sekitar 2 juta unit untuk kendaraan roda 4 dan 13 juta unit untuk kendaraan roda 2. Jika tercapai, diproyeksikan terjadi penghematan devisa akibat pengurangan impor BBM setara 77.000 BOPD yang dapat menghemat devisa sekitar US$ 1,8 miliar dan menurunkan CO2 sebesar 11,1 juta ton.
Selain karena kebutuhan untuk mencapai target net zero emission di 2060, prospek industri kendaraan listrik juga dinilai menggiurkan. Saat ini sudah banyak perusahaan pelat merah dan swasta yang masuk ke bisnis ekosistem kendaraan listrik.
Pengamat otomotif, Bebin Djuana melihat masa depan transportasi dunia akan beralih ke kendaraan bertenaga listrik. "Indonesia seperti negara-negara lain di dunia cepat atau lambat akan juga beralih ke kendaraan listrik," jelasnya kepada Kontan.co.id, Selasa (9/11).
Baca Juga: Tumbuh 44,7%, penjualan Daihatsu capai 118 ribu unit hingga Oktober 2021
Saat ini, beberapa perusahaan otomotif hingga perusahaan energi sudah semakin gencar menggali ceruk pasar kendaraan listrik di Indonesia. Kabar terkini, PT Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) akan menjadi perusahaan otomotif pertama di Indonesia yang akan melakukan produksi kendaraan listrik pada Maret 2022 mendatang. Pada tahap awal, HMMI akan memproduksi 1.000 unit kendaraan listrik per tahun.
Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Perindustrian mengatakan, produksi kendaraan listrik menjadi showcase kapabilitas industri otomotif Indonesia yang juga bergerak ke arah industri yang ramah lingkungan. "Sekaligus memberi pesan kepada dunia internasional bahwa Indonesia siap menjadi hub ekspor bagi kendaraan listrik di ASEAN dan wilayah sekitarnya," jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (26/10).
Selain perusahaan otomotif, perusahaan energi juga berminat masuk ke industri kendaraan listrik. Salah satunya, PT Indika Energy Tbk (INDY).
Direktur Utama Indika Energy Arsjad Rasjid mengatakan Indika Energi ingin mencapai net zero carbon emission pada 2050 mendatang. Pihaknya, sudah mulai melakukan sejumlah upaya seperti diversifikasi bisnis.
Selain masuk ke industri PLTS, salah satu strategi yang juga dilakukan INDY adalah masuk ke sektor bisnis kendaraan elektrik atau (Electric Vehicle/EV). "Kami ingin mulai ke sana, ingin membuat (kendaraan listrik) buatan Indonesia, namanya merah putih," kata Arsjad dalam acara INDY Fest 2021 yang disiarkan secara virtual, Selasa (19/10).
Baca Juga: Peningkatan penjualan sepeda motor menjadi berkah bagi multifinance
Sebagai informasi, pada 5 April 2021, INDY bersama anak usahanya PT Indika Energi Infrastructure mendirikan perusahaan PT Electra Mobilitas Indonesia (EMI). Kegiatan usaha EMI mencakup perdagangan besar suku cadang sepeda motor dan aksesorisnya, serta jasa konsultasi manajemen.
Dalam catatan Kontan, INDY menguasai 99,9975% saham PT EMI. Adapun sisanya sebanyak 0,0025% dikuasai oleh PT Indika Energy Infrastructure (IEI) yang juga merupakan anak usaha INDY. Manajemen INDY pun pernah menyebut bahwa keberadaan PT EMI adalah untuk mengembangkan dan menjual kendaraan listrik roda dua di masa mendatang.
Tak hanya Indika, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) kini tengah merintis beberapa sektor usaha yang tergolong dalam bisnis baru yang berkelanjutan. Di antaranya Bakrie Autoparts, unit usaha BNBR yang bergerak di bidang komponen otomotif, yang tengah memasok unit bus listrik kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui PT Transjakarta.