kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,33   -6,02   -0.65%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perlu komunikasi yang sinergis dalam menghadapi kampanye hitam kelapa sawit


Jumat, 10 Juli 2020 / 20:18 WIB
 Perlu komunikasi yang sinergis dalam menghadapi kampanye hitam kelapa sawit
ILUSTRASI. Pabrik kelapa sawit PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA)


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Para pemangku kepentingan dalam mata rantai industri kelapa sawit perlu sinergis dalam merumuskan strategi komunikasi yang efektif di tengah tingginya kampanye hitam terhadap komoditas sawit. 

Seperti diketahui, lebih dari lebih dari satu dekade sektor sawit telah menjadi tumpuan ekonomi nasional tak pernah sepi dari kampanye hitam.

Praktisi Komunikasi Sawit, Tofan Mahdi, mengatakan, pemerintah harus menjadi dirigen dalam perumusan strategi dan pelaksanaan program komunikasi melawan berbagai kampanye negatif sawit. Menurut,

Tofan yang juga Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) ini menuturkan, dibandingkan sepuluh tahun lalu, saat ini komunikasi dan kampanye positif sawit sudah sangat baik.

Baca Juga: Ekspor minyak sawit dan turunannya capai 12,73 juta ton di periode Januari-Mei 2020

Ia bilang, pemerintah juga satu suara ketika berbicara di dunia internasional bahwa sawit adalah komoditas strategis nasional yang harus dijaga dan dipertahankan.

“Kehadiran badan layanan umum pemerintah BPDP Kelapa Sawit semakin mendukung program komunikasi dan kampanye positif sawit ini,” ujar Tofan dalam keterangannya, Jumat (10/7).

Yang menggembirakan, kata Tofan, perusahaan-perusahaan sawit juga memiliki kesadaran kolektif untuk ikut membangun komunikasi dan kampanye positif sawit.

“Sekarang perusahaan-perusahaan sawit besar sudah memiliki divisi atau departemen komunikasi. Ini sangat positif,”  kata  SVP (Senior Vice President) Communication and Public Affair PT Astra Agro Lestari Tbk ini.

Kata Tofan, jika 10 tahun lalu jarang orang membicarakan sawit, saat ini hampir semua pihak membahas sawit. Pemerintah, dunia usaha, petani, mahasiswa, media massa, juga generasi muda bicara tentang sawit.

“Kalau dulu yang bicara positif tentang sawit menjadi minoritas, sekarang sebaliknya. Mereka yang nyinyir tentang sawit semakin kehilangan audience dan relevansinya.”

Baca Juga: Pelindo I jajaki peluang kerja sama dengan Repsol

Sementara itu ekonom Universitas Airlangga, Imron Mawardi, menyarankan agar publikasi positif tentang sawit tidak hanya bicara tentang sukses perusahaan sawit. Tetapi juga mengangkat berita tentang jutaan masyarakat yang sejahtera karena menjadi petani sawit.

“Jangan lupa, 43% perkebunan sawit di Indonesia itu milik masyarakat,” kata Imron.

Imron percaya bahwa kampanye negatif terhadap sawit adalah bagian dari perang dagang. Negara-negara maju yang menjadi produsen minyak nabati non sawit sudah kehabisan cara untuk menghentikan dominasi sawit dalam pasar minyak nabati dunia.

“Program mandatori biodiesel yang sekarang sudah mencapai B30, ini mengerikan dan ancaman bagi Eropa dan Amerika,” kata Imron.

Imron juga setuju bahwa pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam mata rantai industri minyak sawit kompak dengan satu narasi yng muaranya adalah kemandirian ekonomi bangsa Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×