Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengatakan, perluasan mandatori biodiesel 20% (B20) kepada non public service obligation (PSO) mulai menunjukkan dampak positif. Hal ini terlihat dari meningkatnya serapan crude palm oil (CPO) di dalam negeri.
Saat B20 hanya diterapkan untuk PSO, serapan biodiesel dari Januari hingga Agustus hanya berkisar 215.000 ton-290.000 ton per bulan. Sementara, sejak September, serapannya sudah mencapai 400.000 ton dan pada Oktober serapan biodiesel mencapai 519.000 ton.
Direktur Eksekutif GAPKI, Mukti Sardjono mengatakan, penyerapan CPO untuk biodiesel membawa dampak yang positif pada stok CPO dalam negeri. "Apalagi saat ini implementasi perluasan B20 belum maksimal, perbaikan di sana sini sedang dilakukan, diharapkan dalam beberapa bulan ke depan serapan biodiesel akan maksimal," tutur Mukti dalam siaran persnya, Jumat (30/11).
Salah satu perbaikan tersebut seperti menurunkan jumlah titik serah FAME ke Pertamina dari 112 titik ke 25 titik saja. Di tahun 2019, serapan CPO oleh industri biodiesel sudah mencapai 6 juta ton. Hal ini terjadi bila serapan yang dilakukan sudah maksimal. Bila roadtest untuk B30 dilaksanakan di awal 2019, sambung Mukti, maka serapan CPO dalam negeri akan semakin tinggi, dan pasokan ke pasar global akan berkurang.
Tak hanya akibat perluasan B20, stok minyak sawit juga mengalami pengurangan akibat ekspor yang mningkat. Sepanjang Oktober, volume ekspor CPO dan turunnannya, baik oleokimia dan biodiesel sebesar 3,35 juta ton atau naik 5% dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 3,19 juta ton. Sementara, volume ekspor CPO, PKO dan turunannya saja tidak termasuk oleochemical dan biodiesel mencapai 3,14 juta ton, naik 5% dibandingan September.
Bila dikalkulasikan, hingga Oktober 2018, Indonesia sudah mengekspor sebanyak 4,9 juta ton CPO. Sedangkan untuk produkturunan dan olahan CPO jumlah yang diekspor mencapai 21,17 juta ton.
Di Sisi produksi, produksi minyak sawit di bulan Oktober diprediksi mencapai 4,51 juta ton, atau naik 2% dibandingkan September yang sebesar 4,41 juta ton. "Naiknya produksi yang tidak terlalu signifikan dibarengi dengan ekspor yang meningkat dan penggunaan untuk Biodiesel, menyebabkan stok minyak sawit Indonesia menurun menjadi kira-kira 4,41 juta ton," tutur Mukti.
Sementara, sepanjang Oktober 2018 harga CPO bergerak di kisaran US$ 512,50-US$ 537,50 per metrik ton CIF Rotterdam, dengan harga rata-rata US$ 527,10 per metrik ton. Harga CPO global terus tertekan karena harga minyak nabati lain yang sedang jatuh khususnya kedelai dan stok minyak sawit yang masih cukup melimpah di Indonesia dan Malaysia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News