Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan batubara dari dua pasar utama Indonesia, yakni China dan India, menunjukkan tren pelemahan. Kondisi ini mendorong Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan pelaku usaha untuk memperluas jangkauan ekspor ke negara-negara non-tradisional.
Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Surya Herjuna mengatakan, pihaknya telah mengincar sejumlah negara sebagai pasar ekspor baru.
Negara-negara tersebut antara lain Brunei, Vietnam, Filipina, Korea Selatan, Pakistan, dan Bangladesh, dengan potensi total permintaan sekitar 108 juta ton batubara.
“Secara tahunan, ekspor batubara ke luar China dan India pada Januari–Maret 2025 mencapai 16 juta ton, naik dari 14–15 juta ton pada periode yang sama tahun lalu. Sementara ekspor ke kawasan ASEAN tumbuh 15% dibanding 2024,” jelas Surya kepada Kontan, Jumat (20/6).
Baca Juga: Permintaan China dan India Turun, Pengusaha Batubara Incar Pasar Ekspor Baru
Pelemahan permintaan dari China dan India memang menjadi sorotan utama. Data Reuters menyebut, impor batubara termal China tahun ini diperkirakan turun hingga 50 juta–100 juta ton dibandingkan 2024 yang mencapai 421 juta ton. Di sisi lain, India juga cenderung mengurangi impor karena peningkatan produksi dalam negeri dan stok batubara yang melimpah.
Kondisi tersebut membuat pelaku usaha mulai melirik pasar-pasar non-tradisional. Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani menilai negara-negara ASEAN menjadi kawasan paling prospektif di luar China dan India.
“Kebutuhan energi di kawasan ASEAN masih tinggi. Namun, pelaku usaha harus bersaing dengan negara eksportir lain seperti Rusia dan Kolombia yang memiliki keunggulan geografis,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (19/6).
Gita menambahkan, saat ini mayoritas pelaku usaha fokus mempertahankan kontrak jangka panjang, karena peluang di pasar spot kian terbatas. Efisiensi operasional menjadi kunci agar tetap kompetitif di tengah tekanan global.
Senada, Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia mengatakan, negara-negara seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, Bangladesh, dan Pakistan dapat menjadi target pasar baru. Namun, volume serapan dari negara-negara tersebut belum mampu menggantikan permintaan dari China dan India.
Baca Juga: Cadangan Batubara RI Cukup untuk 50–60 Tahun, Eksplorasi Terkendala Regulasi
“Mismatch antara volume pasokan dari Indonesia dan permintaan dari negara-negara baru menjadi tantangan tersendiri,” kata Hendra kepada Kontan, Kamis (19/6).
Tekanan terhadap industri batubara kian terasa dengan turunnya volume ekspor. Data Kementerian ESDM mencatat, ekspor batubara Indonesia pada Januari–April 2025 hanya mencapai 160 juta ton, turun dari 171 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.
Hendra mencatat, pelaku usaha juga dihadapkan pada tantangan tambahan seperti kebijakan B40, kenaikan tarif royalti, serta kewajiban penempatan devisa hasil ekspor (DHE).
“Tekanan biaya ini mempersempit margin usaha, apalagi harga batubara global sedang berada di titik terendah dalam beberapa tahun terakhir,” ungkapnya.
Selanjutnya: IHSG Anjlok 0,72% ke 6.918, Top Losers LQ45: ANTM, CTRA & AMMN, Sesi I, Jumat (20/6)
Menarik Dibaca: Review Vivo Y12 Harga Juni 2025, Baterai Jumbo Tahan Seharian Tanpa Isi Ulang!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News