kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.937.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.444   90,00   0,55%
  • IDX 6.969   -139,15   -1,96%
  • KOMPAS100 1.011   -24,78   -2,39%
  • LQ45 775   -17,94   -2,26%
  • ISSI 227   -4,16   -1,80%
  • IDX30 402   -10,37   -2,52%
  • IDXHIDIV20 472   -11,39   -2,36%
  • IDX80 114   -2,57   -2,21%
  • IDXV30 116   -2,17   -1,83%
  • IDXQ30 130   -2,94   -2,22%

Permintaan China dan India Turun, Pengusaha Batubara Incar Pasar Ekspor Baru


Kamis, 19 Juni 2025 / 19:28 WIB
Permintaan China dan India Turun, Pengusaha Batubara Incar Pasar Ekspor Baru
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (18/6/2025). Kementerian ESDM menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk penjualan periode kedua Juni 2025 sebesar 98,61 dolar AS per ton atau mengalami penurunan 2,36 dolar AS per ton dari HBA pada periode pertama Juni yakni 100,97 dolar AS per ton. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/tom.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan permintaan batubara dari dua pasar utama, China dan India, membuat pelaku usaha di sektor pertambangan batubara mulai melirik pasar ekspor non-tradisional. Pasalnya, tren penurunan impor dari kedua negara diperkirakan berlanjut hingga tahun depan.

Plt Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani mengungkapkan, negara-negara ASEAN menjadi salah satu wilayah yang paling prospektif di luar China dan India. Namun, perluasan pasar ini bukan tanpa tantangan.

“Sejauh ini yang paling prospektif diluar China dan India adalah negara-negara ASEAN. Hal ini berdasarkan kebutuhan batubara di negara-negara tersebut. Kendalanya ada persaingan dengan negara penghasil batubara lain yang secara jarak lebih dekat (misalnya Rusia, atau Kolombia)," ujar Gita kepada Kontan, Kamis (19/6).

Baca Juga: Prospek Batubara Indonesia Tertekan Pelemahan Harga dan Penurunan Impor China

Gita menerangkan, saat ini mayoritas pelaku usaha hanya berupaya mempertahankan kontrak jangka panjang karena peluang pasar spot sudah berkurang. Strategi efisiensi operasional menjadi kunci agar tetap kompetitif di tengah terbatasnya permintaan global.

Senada, Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menyebut negara-negara seperti Vietnam, Filipina, Malaysia, hingga Bangladesh dan Pakistan bisa menjadi target pasar baru. Namun, volume serapan dari negara-negara tersebut tidak bisa disamakan dengan China dan India.

“Tantangan terbesar nya adalah antara pemasok dari Indonesia dgn dari negara lain karena volume yang mismatch dgn permintaan dari negara negara prospektif ini,” kata Hendra kepada Kontan, Kamis (19/6).

Baca Juga: Ekspor Batubara Terus Turun, ESDM Bakal Diskusi & Evaluasi Harga Batubara Acuan (HBA)

Tekanan terhadap industri batubara Indonesia diperparah oleh kondisi pasar global. Data dari Reuters menyebutkan, impor batubara termal China tahun ini bisa turun 50 juta hingga 100 juta ton dibandingkan 2024 yang mencapai 421 juta ton. India juga menunjukkan kecenderungan serupa seiring meningkatnya produksi dalam negeri dan stok batubara yang melimpah.

Hendra mencatat, margin usaha makin tergerus karena berbagai tekanan biaya, seperti kebijakan campuran B40, tarif royalti yang meningkat, serta kewajiban penempatan devisa hasil ekspor (DHE) yang memengaruhi beban bunga.

Baca Juga: Ekspor Batubara Indonesia Terus Turun, Ini yang Bakal Dilakukan Kementerian ESDM

“Ini semua mempersempit ruang pelaku usaha untuk bertahan, apalagi di tengah harga batubara global yang sedang menyentuh titik rendah dalam beberapa tahun terakhir,” jelasnya.

Kondisi ini mulai tercermin dalam data ekspor. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, volume ekspor batubara Indonesia periode Januari–April 2025 hanya mencapai 160 juta ton, turun dari 171 juta ton pada periode yang sama tahun lalu.

Menanggapi hal ini, Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara ESDM, Rita Susilawati, menyampaikan bahwa pemerintah terbuka untuk berdiskusi dengan pelaku usaha, termasuk mengevaluasi harga batubara acuan (HBA).

“Kami dorong diversifikasi pasar ekspor melalui kerja sama bilateral, promosi dagang, dan penyediaan data pasar. Ekspor batubara adalah urusan business-to-business, namun kami tetap memantau dinamika pasar,” tutur Rita kepada Kontan, beberapa waktu lalu. 

Rita menambahkan, sinergi antar-kementerian seperti Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perhubungan juga diperlukan dalam mendukung perizinan dan negosiasi dagang di pasar luar negeri.

Baca Juga: China akan Memangkas Impor Batubara dari Indonesia, Pengusaha Ungkap Penyebabnya

Selanjutnya: Tak Penuhi Ekuitas Minimum, OJK Cabut Izin Usaha PT Sarana Sulteng Ventura

Menarik Dibaca: Cerita Maudy Ayunda dan Caca Tengker Kala Menggunakan Lotion dengan Kandungan Oat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×