kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.609.000   -2.000   -0,12%
  • USD/IDR 16.175   0,00   0,00%
  • IDX 7.166   -66,59   -0,92%
  • KOMPAS100 1.055   -9,60   -0,90%
  • LQ45 831   -12,11   -1,44%
  • ISSI 214   0,13   0,06%
  • IDX30 427   -6,80   -1,57%
  • IDXHIDIV20 512   -6,51   -1,26%
  • IDX80 120   -1,15   -0,95%
  • IDXV30 123   -0,75   -0,60%
  • IDXQ30 140   -2,07   -1,45%

Permintaan gaplek membludak


Rabu, 08 Juni 2011 / 08:40 WIB
Permintaan gaplek membludak


Reporter: Herlina KD | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Peluang produk olahan singkong menembus pasar ekspor terbuka lebar. Permintaan olahan singkong di beberapa negara cukup besar. Sebut saja misalnya China, Taiwan, dan Korea.

Satu pabrik pengolah singkong di China misalnya, membutuhkan 1 juta ton chips singkong per tahun. Chips alias gaplek merupakan potongan singkong mentah yang dikeringkan dengan kadar air 12%-13%.

Untuk memproduksi 1 kg chips dibutuhkan 3 kg singkong segar. "Jadi rata-rata permintaan chips dari China dalam satu bulan sekitar 33.000 ton," kata Suharyo Husen, Ketua I Masyarakat Singkong Indonesia, Selasa (7/6).

Selain China, menurut Suharyo, permintaan gaplek datang dari Taiwan dan Korea. Taiwan membutuhkan 1 juta ton gaplek per tahun, sedangkan Korea butuh tepung singkong 1 juta ton per tahun.

Pendapatan petani lebih tinggi menjual gaplek ketimbang singkong segar. Harga singkong segar di tingkat petani masih rendah.

Menurut Sekretaris Asosiasi Petani Singkong Indonesia (APSI), Rhomy Irawan, saat ini harga singkong di tingkat petani di bawah Rp 700 per kg. Bahkan, di beberapa daerah, harga singkong di tingkat petani hanya Rp 400 per kg. Jika sudah diolah menjadi chips, harganya Rp 2.000 per kg.

Dengan harga yang demikian rendah, Suharyo menilai wajar pendapatan petani singkong dengan lahan 2,5 hektare hanya Rp 1 juta per bulan. Agar pendapatan petani naik, tak ada cara selain mengolah singkong menjadi produk setengah jadi.

Untuk mengembangkan produk olahan ini, Suharyo menyarankan pembentukan kluster untuk masing-masing produk. Misalnya kluster gaplek dan kluster tapioka. Setiap kluster seluas 300 hektar diolah secara bersama oleh sekitar 120 petani yang tergabung dalam gabungan kelompok petani (gapoktan). "Di gapoktan itulah petani di arahkan untuk mengolah singkong menjadi produk setengah jadi," jelasnya.

Indonesia saat ini merupakan negara penghasil singkong terbesar ketiga setelah Nigeria dan Thailand. Luas areal tanaman singkong Indonesia mencapai 1,2 juta hektar. Dari lahan seluas itu, produksi singkong mencapai 23 juta ton per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×