kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.906.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.430   57,00   0,35%
  • IDX 7.615   71,26   0,94%
  • KOMPAS100 1.060   12,24   1,17%
  • LQ45 803   8,71   1,10%
  • ISSI 254   2,19   0,87%
  • IDX30 416   4,77   1,16%
  • IDXHIDIV20 477   5,07   1,07%
  • IDX80 120   1,30   1,09%
  • IDXV30 123   1,76   1,45%
  • IDXQ30 132   1,14   0,87%

Permintaan Global Mandek, Produsen Batubara Bidik Pasar Non-Tradisional


Senin, 28 Juli 2025 / 15:36 WIB
Permintaan Global Mandek, Produsen Batubara Bidik Pasar Non-Tradisional
ILUSTRASI. Foto udara alat berat memuat batubara di tempat penampungan tepi Sungai Batanghari, Muaro Jambi, Jambi, Kamis (20/6/2024). Permintaan batubara global diperkirakan stagnan dalam dua tahun ke depan setelah mencatat rekor tertinggi pada 2024.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan batubara global diperkirakan stagnan dalam dua tahun ke depan setelah mencatat rekor tertinggi pada 2024.

Kondisi ini memicu kekhawatiran bagi eksportir utama seperti Indonesia, yang kini mulai mengincar pasar non-tradisional guna menjaga kinerja ekspor.

Laporan terbaru International Energy Agency (IEA), Kamis (24/7), menyebut konsumsi batubara dunia hanya akan tumbuh tipis 0,2% pada 2025. Bahkan, pada 2026 permintaan diproyeksikan mulai menyusut dan kembali di bawah level 2024.

Lesunya permintaan ini tak lepas dari pergeseran negara-negara besar pengguna batubara ke energi terbarukan, serta meningkatnya produksi domestik di negara konsumen utama.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Gita Mahyarani mengatakan, pasar ekspor utama Indonesia saat ini masih terkonsentrasi di Asia, seperti China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Asia Tenggara. Namun, negara-negara ini mulai mengurangi ketergantungan pada batubara impor.

Baca Juga: Permintaan Batubara Global Diprediksi Mandek hingga 2026, Produksi Justru Cetak Rekor

“China dan India saat ini sedang mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Mereka memang masih mengkonsumsi banyak batubara, tapi strategi mereka jelas: mengurangi impor dan mengandalkan produksi lokal,” kata Gita kepada Kontan, Senin (28/7).

Menurut Gita, langkah mencari pasar baru bukan perkara mudah. Selain kebutuhan tiap negara berbeda, Indonesia juga harus bersaing dengan eksportir lain seperti Rusia dan Australia.

“AS misalnya, meski permintaannya naik karena harga gas mahal, mereka juga memproduksi batubara sendiri,” ujarnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menambahkan, penurunan permintaan dari China disebabkan oleh melimpahnya stok batubara akibat kenaikan produksi domestik.

“Namun perlu dicatat, meski impor menurun, konsumsi listrik China masih meningkat,” jelas Hendra kepada Kontan, Senin (28/7).

Baca Juga: Menakar Prospek PTBA di Tengah Pelemahan Permintaan dan Koreksi Harga Batubara

Secara historis, sekitar 98% ekspor batubara Indonesia selama 10 tahun terakhir memang ditujukan ke negara-negara Asia. Namun dengan tren pelemahan permintaan dan meningkatnya produksi di negara tujuan, produsen Indonesia harus mulai memetakan strategi diversifikasi pasar ekspor.

Adapun, IEA memprediksi, perdagangan batubara global akan turun pada 2025, menjadi penurunan pertama sejak 2020, dan tren ini diperkirakan berlanjut hingga 2026.

Di tengah stagnasi permintaan, produksi global justru diproyeksikan mencapai rekor baru tahun depan, terutama didorong oleh produksi China dan India.

Ekspor Batubara ke China Turun

Penurunan permintaan batubara Indonesia dari China akibat adanya peningkatan produksi dalam negeri tirai bambu tersebut, diprediksi akan berlanjut hingga akhir tahun ini atau paling lama hingga tahun 2026.

IMA mencatat volume ekspor batubara Indonesia sepanjang tahun ini akan terkoreksi di angka 500 juta ton atau lebih rendah dari total ekspor batubara sepanjang tahun 2024 lalu yang sebanyak 555 juta ton.

"Hingga akhir tahun 2025, tentu total ekspor kita akan turun dibandingkan realisasi ekspor 2024. Pemerintah juga sudah memproyeksikan dalam target 2025, dimana produksi 739 juta ton dan ekspor 500 juta ton," ungkap Hendra.

Baca Juga: Permintaan China Turun, Ekspor Batubara Tahun 2025 Diprediksi Hanya 500 Juta Ton

Jika dibandingkan, tahun ini target produksi batubara Indonesia berada di angka 739 juta ton atau lebih rendah 11,6% dibandingkan produksi sepanjang tahun 2024 lalu sebesar 836 juta ton.

Dari sisi target ekspor juga terkoreksi, turun 9,9% dengan target penjualan ekspor 500 juta ton dibandingkan ekspor sepanjang tahun lalu sebesar 555 juta ton.

Lebih lanjut, Hendra menambahkan, saat ini China lebih berpihak pada batubara kalori tinggi dibandingkan batubara kalori menengah-rendah untuk diimpor.

Indonesia juga mengalami persaingan dengan eksportir batubara Mongolia dan Rusia, didukung oleh masalah logistik yang sudah mulai teratasi.

"Beberapa waktu terakhir ini impor China dari Mongolia dan Rusia, yang juga berbatasan dengan mereka. Masalah logistik dengan Mongolia sudah cukup teratasi, Rusia juga menjual harga yang cukup kompetitif untuk buyer China," jelasnya.

Selanjutnya: Penembakan Tragis di Pasar Bangkok, 6 Tewas Termasuk Pelaku

Menarik Dibaca: Promo The Body Shop July Payday 25-31 Juli 2025, Moisturizer-Lip Oil Diskon 30%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×