Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seiring tren belanja online yang terus naik, bisnis di industri logistik pun semakin menarik. Apalagi, sebagai salah satu sektor yang berperan vital selama masa pandemi covid-19, permintaan terhadap jasa pengiriman cepat (delivery express) telah tumbuh signifikan.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres Indonesia (Asperindo) M. Feriadi menyampaikan, dengan hambatan masuk (barriers to entry) yang relatif kecil, pebisnis dan investor pun bisa lincah mengembangkan usaha di sektor logistik.
Saat ini perusahaan logistik pun semakin marak dengan pilihan layanan yang kian beragam. Secara nasional, Asperindo tercatat memiliki 367 anggota. Dalam periode setahun terakhir, jumlah pelaku usaha jasa pengiriman cepat meningkat cukup pesat.
"Secara khusus kami belum memetakan dari sisi tipe usaha dan fokus segmen layanannya. Yang kami lihat dalam satu tahun ini terdapat penambahan jumlah menjadi anggota Asperindo lebih kurang sebanyak 50 perusahaan," kata Feriadi saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (23/8).
Baca Juga: Fintech pembayaran gaet industri transportasi untuk tingkatkan transaksi
Dengan prospek yang menarik, tak heran konglomerat pun kian melirik bisnis logistik. Pasalnya, bisnis jasa antar cepat terbukti mampu membuat kinerja emiten logistik melesat. PT Tri Adi Bersama (Anteraja), misalnya, berkontribusi paling besar terhadap pendapatan PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) pada Semester I-2021.
Bisnis antar cepat Anteraja itu mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan meroket 269,9%. Segmen ini menyumbang pendapatan sebesar Rp 982,3 miliar atau 46,6% dari pendapatan ASSA, emiten yang merupakan bagian dari Triputra Group milik konglomerat T.P. Rachmat.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda melihat, adanya peluang para konglomerat yang akan terus merangsek ke bisnis logistik. Sebab, bisnis ini akan terus naik daun seiring dengan tumbuhnya ekonomi digital atau e-commerce.
Nah, di tengah persaingan yang semakin ketat maka dibutuhkan pendanaan yang kuat. Di sini lah peran investor untuk masuk terbuka lebar.
"Jika dari perusahaan venture capital ataupun perusahaan teknologi raksasa belum berani masuk, kehadiran konglomerasi Indonesia mendatangkan dana segar untuk membuat perusahaan startup logistik bisa bersaing," kata Huda.
Bahkan, perusahaan e-commerce yang mengalami lonjakan bisnis secara pesat bukan tak mungkin akan membuat layanan logistiknya sendiri. Misalnya seperti yang ditunjukkan oleh Shopee Express atau dengan bergabungnya Gojek dan Tokopedia (GoTo).