kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan kondotel hak milik di Bali makin tinggi


Jumat, 29 Agustus 2014 / 12:41 WIB
Permintaan kondotel hak milik di Bali makin tinggi
ILUSTRASI. 6 Cara Menjaga Kulit Tetap Glowing untuk Si Hobi Masak.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Mencari tanah dengan sertifikat hak milik di Bali saat ini semakin sulit. Kalau pun ada, harganya sudah bisa dipastikan sangat mahal.

"Kenaikan harga tanah hak milik di Bali sekarang ini di atas 100 persen per tahun nya. Tak heran, banyak kondotel dipasarkan dengan sertifikat hak pakai 30 tahun saja, setelah 30 tahun  kepemilikannya berakhir," kata Ratdi Gunawan, General Manager Marketing Kondotel Grand Orange Pandawa Beach, Bali, kepada Kompas.com, Jumat (29/8).

Untuk itulah, lanjut Ratdi, pengembang terus mencari cara untuk bisa menjual produk propertinya di tengah semakin mahalnya harga tanah di Bali. Salah satunya PT Puri Bali Sentosa yang menawarkan Grand Orange Condotel Pandawa Beach Bali sebagai kondominium hotel (kondotel) bersertifikat hak milik.

"Lahan dengan sertifikat hak milik itu makin terbatas sehingga harganya tinggi. Ini yang membuat bisnis kondotel di Bali semakin potensial, terutama kondotel bersertifikat hak milik, bukan sewa. Demand-nya terus bertambah," kata Ratdi.

Dia mejelaskan, Grand Orange Condotel Pandawa Beach Bali saat ini dipasarkan seharga Rp 975 juta dengan sertifikat hak milik. Dengan jumlah unit terbatas, saat ini penjualan kondotel itu sudah mencapai 80 persen.

"Tentu karena Bali masih menjadi tempat wisata dan ini yang dicari investor kondotel. Kenapa, karena bisnis sewa hotel di sini sangat menguntungkan mengingat target pasarnya sangat jelas dan besar, baik itu wisatawan mancanegara maupun domestik," ujar Ratdi.

Sebagai catatan, jumlah kunjungan turis asing dan domestik sebagai pasar yang dibidik pemilik kondotel juga terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, jumlah wisatawan mancanegara saja pada dua bulan pertama 2014 tercatat 555.052 orang atau naik 16,9 persen dari kedatangan periode yang sama tahun lalu 474.803 orang.

Dia menambahkan, jika target pasarnya besar, otomatis tingkat okupansi kondotel menjadi tinggi. Pun, dengan tingginya okupansi hotel, room rate hotel juga ikut tinggi. Pada akhirnya return on investment (ROI) yang didapatkan investor juga membesar.

"Semakin besar ROI yang didapatkan dari income sewa hotel akan semakin cepat pengembalian modal dari investasi hotel tersebut. Itu belum ditambah capital gain setiap tahunnya dari hotel tersebut," tambah Ratdi.

Seperti diberitakan sebelumnya, tren harga kondotel di Bali terus meningkat seiring kenaikan harga tanah. Per Juni 2014, lonjakan harga sebesar 25,3 persen menjadi rerata Rp 37 juta per meter persegi.

Menurut riset Cushman and Wakefield Indonesia, lonjakan harga tersebut lebih besar ketimbang kenaikan rerata selama tiga tahun terakhir yang tercatat sebesar 12,4 persen.

"Kenaikan harga itulah yang memicu pertumbuhan pembangunan hotel di Bali demikian pesat. Hingga Juni 2014 terdapat 5.000 unit kondotel dari proyek eksisting dan 8.000 kamar dari proyek yang direncanakan," jelas Senior Associate Director Head of Research and Consultancy Cushman & Wakefield Indonesia, Arief N Rahardjo, Rabu (16/7).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×