kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan pasar kondom bisa makin melar


Senin, 27 November 2017 / 22:06 WIB
Permintaan pasar kondom bisa makin melar


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar kondom di Indonesia masih besar. Hanya saja pemain lokal belum bisa menjadi penguasa di negeri sendiri.

Pierre Frederick, Deputy GM Consumer Healthcare DKT Indonesia menjelaskan pasar kondom nasional diperkirakan sebesar 180 juta pcs per tahun. Jumlah ini menurutnya stagnan dalam tiga tahun terakhir.

"Paling hanya naik 2% per tahun. Bukan masalah daya beli tapi karena tidak ada pengguna baru yang signifikan," jelas Pierre kepada KONTAN, Senin (27/11).

Menurutnya kesadaran orang untuk menggunakan kondom belum tinggi. Tantangan bagi perusahaan menurutnya untuk menanamkan manfaat penggunaan kondom bagi masyarakat.

"Harga jual tidak tinggi. Meski demikian kami baru saja menaikkan harga sekitar 5%-8% dua bulan lalu karena ikuti inflasi," jelas Pierre.

Tahun depan, produsen merek Sutra ini akan meluncurkan lima sampai enam varian kondom baru. hal ini untuk mengembangkan portfolio dan juga menarik minat konsumen baru.

"Saat ini merek Sutra Merah, Sutra Hitam dan Fiesta jadi tiga besar merek kondom nasional. Produsen lain nomor keempat," jelasnya.

Asal tahun untuk kondom, DKT masih mengimpor dari Malaysia dan Thailand. Menurutnya saat ini DKT belum ada rencana untuk memproduksi di dalam negeri.

Produsen dalam negeri PT Mitra Rajawali Banjaran (MRB), juga lihat pasar kondom masih menjanjikan. Anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) melihat pasar umum dan juga e-catalog pendorongnya.

Hanya saja untuk target awal tahun ini, Achmad Sufi Direktur Utama PT Mitra Rajawali Banjaran menjelaskan belum bisa tercapai. Awalnya, tahun ini MRB menargetkan bisa produksi sampai 150 ribu gross.

"Tahun lalu kami produksi 90 ribu gross, tahun ini turun ditargetkan menjadi 81 ribu gross," jelas Achmad kepada KONTAN, Senin (27/11).

Dengan rincian 68 ribu gross dari proyek e-catalog dan sisanya penjualan reguler. Nilai pendapatan yang diraup sekitar Rp 6,4 miliar.

Penurunan ini karena mesin yang dimiliki MRB belum bisa optimal. Asal tahu saja kapasitas mesin awal yang diinstal awal 30 tahun lalu sebanyak 600 ribu gross per tahun.

"Saat ini performa mesin hanya bisa jalan 2 line produksi dari 3 line yang dipunya. Kami perlu investasi baru dan saat ini masih dalam kajian," jelasnya.

Menurutnya diperlukan investasi baru sekitar Rp 14 miliar sampai Rp 16 miliar untuk punya mesin baru. Sumber dananya masih dikaji dari holding perusahaan, anak usaha atau dari pihak lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×