Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Jane Aprilyani
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pamor bisnis co-living di Indonesia diyakini berkembang dan diminati pasar. Perusahaan manajemen co-living Cove mencermati ada banyak faktor yang membuat ketertarikan masyarakat memilih sewa dibanding membeli rumah.
Rizky Kusumo, Country Director of Investment Cove, menyebutkan, permintaan pasar untuk sewa di Cove bertumbuh pesat. Hal ini tak lepas dari faktor kalangan milenial dan gen Z yang memilih experience dibandingkan dengan material possessions.
"Kita bisa lihat dari pembelian rumah pertama mereka. Dahulu, orangtua kita beli di umur 20-an, sekarang pembelian rumah pertama bisa lebih 30-an," kata Rizky dalam Intimate Discussion: Maximizing Property Investment Through Co-Living di The Day Residence, Jakarta, Selasa (12/11).
"Ya, karena harga tanah yang mahal, inflasi, dan lain-lain. Jadi, untuk umur 20-an sampai 30-an mereka ngapain? Pasti sewa dulu," ujarnya.
Rizky bilang, data dari Kementerian PUPR menunjukkan, masih ada 81 juta millenial yang belum memiliki rumah sendiri.
"Saya sempat ngobrol bersama beberapa bank juga, sebenarnya sudah backlog dari KPR, itu juga lumayan tinggi. Hal ini juga menjadi salah satu indikasi bahwa pembelian rumah itu semakin tahun semakin mundur, semakin sulit. Itu untuk dari sisi makro," sebut dia.
Hal ini yang menjadi peluang bagi Cove untuk mengembangkan bisnisnya. Cove menjadi operator atau perusahaan manajemen properti milik investor private.
Rizky menjelaskan, investasi yang digelontorkan untuk membangun Cove sendiri tergantung kebutuhan, lokasi, dan target pasar sendiri. Ambil contoh untuk membuat Cove di kawasan Fatmawati atau Cipete, harga per kamarnya Rp 4 juta sampai Rp 5 juta.
Berbeda jika di Tanjung Duren yang harga per kamarnya Rp 2,5 juta sampai Rp 3 juta. Pun dengan biaya konstruksi setiap daerah yang berbeda.
Baca Juga: Cove Tawarkan Properti Menjadi Wahana Investasi dengan Pola Kemitraan
Permintaan sewa co-living di Cove tahun ini pun mengalami kenaikan sebesar 67% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sejauh ini, menurut Rizky, permintaan sewanyanya sendiri didominasi long term stay (LTS).
"Mungkin kalau untuk hariannya sekarang kita bisa bilang ada 20 sampai 30 persen. Bulanan, tahunan pun juga ada dengan diskon yang tentunya lebih besar," kata Rizky.
Dari survei dilakukan Cove, penyewa yang masuk dalam propertinya adalah pelajar, young professionals, dan young couples. Secara demografi usianya 18 tahun sampai 35 tahun.
Bicara soal biaya sewa di Cove, Citra Rufina, Marketing Manager Cove, menuturkan, rentang sewa biaya sewa bulanan rata-rata Rp 4 jutaan.
"Tetapi, tarif ini tidak ditetapkan di semua properti. Ada yang Rp 2 juta, ada yang Rp 5 juta, ada yang Rp 6 juta. Ada yang mungkin lebih budget friendly. Kalau di daerah Jakarta Barat itu banyak yang lebih affordable daripada Jakarta Selatan," ungkap Citra.
Hingga kini, Cove sudah menyediakan 4.500 kamar yang dalam dua sampai tiga bulan ke depan, itu akan bertambah 1.500 kamar. Jadi, total akan ada 6.000 kamar di 150 properti Cove yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, dan Bali.
Ke depan, Cove akan membuka propertinya di Surabaya dan tak menampik kemungkinan untuk menilik pasar baru di Jogjakarta, Semarang, Solo bahkan Makassar dan Medan.
Cove juga sudah beroperasional di Korea sekitar empat bulan belakangan. "Segera kita akan ada di Asia Pasifik yang lain, seperti Jepang. Tapi Jepang belum beroperasi," jelas Rizky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News