kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Perpanjangan insentif PPnBM otomotif dianggap kurang tepat, mengapa?


Minggu, 13 Juni 2021 / 18:34 WIB
Perpanjangan insentif PPnBM otomotif dianggap kurang tepat, mengapa?
ILUSTRASI. Pengunjung berada di mobil yang dipamerkan dalam IIMS Hybrid 2021 di JiExpo Kemayoran, Jakarta (20/4/2021).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan perpanjangan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sektor otomotif sebesar 100% hingga Agustus 2021 tak melulu mendapat tanggapan positif. Sebagian pihak menganggap kebijakan ini justru tampak kontradiktif dengan kondisi perekonomian Indonesia sekarang.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudistira menilai, PPnBM secara filosofis memiliki tujuan untuk mengendalikan ketimpangan antara penduduk kaya dan miskin dengan objeknya adalah barang mewah. Selain itu, fungsi lain PPnBM adalah untuk mendorong masyarakat mengalihkan konsumsinya ke produk yang lebih ramah lingkungan.

Dari situ, kebijakan diskon PPnBM otomotif yang berlaku saat ini tentu bertentangan dengan filosofinya. “Kalau PPnBM mobil listrik lebih kecil dari mobil BBM itu pas. Tapi, saat ini justru mobil BBM yang diturunkan PPnBM-nya. Itu kebijakan yang kurang sinkron,” ungkap dia, Minggu (13/6).

Setali tiga uang, Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah menilai, efek perpanjangan masa berlaku diskon PPnBM 100% untuk sektor otomotif tidak banyak bagi perekonomian nasional.

Baca Juga: Pemerintah memperpanjang diskon PPnBM otomotif 100% sampai Agustus 2021

Apalagi, insentif ini hanya menyasar kelompok menengah atas yang level konsumsinya tidak terlalu terganggu. Di sisi lain, daya beli masyarakat menengah ke bawah sudah menurun drastis semenjak adanya pandemi Covid-19.

Pemerintah pun sebaiknya mengalihkan subsidi yang dipakai untuk insentif PPnBM tersebut menuju sektor-sektor yang jauh lebih membutuhkan. Misalnya, subsidi untuk insentif tenaga kesehatan dan penyedia fasilitas isolasi mandiri. “Harusnya pemerintah fokus dulu pada penanganan pandemi Covid-19, apalagi kasusnya sudah mulai meningkat lagi karena ada varian baru,” ujar Trubus, hari ini (13/6).

Kebijakan perpanjangan insentif PPnBM otomotif pun jelas kontraproduktif. Ini mengingat di saat yang bersamaan pemerintah berencana mengenakan PPN untuk jasa pendidikan dan barang sembako yang notabene menyasar seluruh lapisan masyarakat atau menyangkut hajat hidup banyak orang.

Baca Juga: Insentif PPnBM mobil diperpanjang sampai Agustus 2021, ini kata Honda Prospect Motor



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×