Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan berbasis kecerdasan buatan alias AI gencar melakukan ekspansi. Mereka tidak cukup hanya jadi pemain lokal.
Ekspansi memungkinkan mereka menguasai pasar baru, mengumpulkan lebih banyak data, menarik talenta global, serta memonetisasi hasil riset yang mahal. Di saat yang sama, langkah ini juga menjadi tameng dari persaingan global yang kian sengit. Singkatnya, ekspansi adalah jalan untuk bertahan hidup sekaligus menguasai panggung teknologi dunia.
Itu pula yang dilakukan Gani AI. Perusahaan teknologi asal Indonesia ini menargetkan ekspansi global melalui diferensiasi produk dan pelatihan model AI khusus di bidang hukum, pajak, dan akuntansi yang disesuaikan dengan regulasi di lebih dari 20 negara.
“Kita ingin menjadi perusahaan dengan pendiri asal Indonesia pertama yang, mudah-mudahan, berhasil mendobrak pasar internasional,” ujar Pendiri Gani AI, Bintang Hidayanto, dalam penjelasannya, Jumat (26/9).
Bintang, yang juga merupakan seorang praktisi hukum ingin membawa Gani AI menjadi pemain utama di panggung global. Langkah tersebut dimulai melalui pengembangan produk seperti Gani Atlas, solusi berbasis AI yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan korporasi regional dan multinasional.
Baca Juga: Kebablasan Pakai AI, Perusahaan Ini Menyesal dan Rekrut Karyawan Lagi
“Kita membedakan diri dengan produk yang tidak hanya berupa AI as a service, juga software as a service (SaaS) khusus untuk perusahaan-perusahaan besar. Kita yakin, dengan penawaran seperti ini, kita berada di posisi yang berbeda dibandingkan kebanyakan perusahaan AI lainnya,” jelasnya.
Gani Atlas merupakan produk baru yang juga menyasar pengguna korporat. Gani Atlas memadukan deep vertical AI di sektor hukum dan regulasi dengan kemampuan mengubah data tak terstruktur—dokumen, kontrak, dan ketentuan peraturan—menjadi struktur analitik yang bisa diproses mesin untuk pencarian, penarikan konteks, dan rekomendasi preskriptif.
“Contohnya, user bisa upload ribuan data secara acak, user dapat kemudian memahami informasi yang terkandung dengan cara yang sangat dan mudah dibantu dengan AI," ungkap Bintang.
Gani AI juga menggarisbawahi pentingnya edukasi pasar dan keamanan data dalam proses ekspansi. Menurut Bintang, tantangan terbesar justru bukan pada aspek teknis, melainkan pada kesalahpahaman publik terhadap kemampuan AI.
“Banyak yang masih menganggap AI sebagai solusi maha-bisa. Padahal, AI seharusnya diposisikan sebagai alat bantu yang terbatas, bukan solusi otomatis untuk semua masalah,” tegas Bintang.
Pmahaman yang tepat tentang AI menjadi kunci untuk meningkatkan produktivitas dan efektivitas penggunaan teknologi dalam berbagai sektor. “Jika AI dijadikan sebagai engine untuk membantu pekerjaan atau meningkatkan produktivitas, di situlah teknologi ini benar-benar bisa berfungsi optimal,” ungkap Bintang.
Dalam menghadapi kekhawatiran privasi, khususnya dari klien korporasi, Gani AI mengambil pendekatan yang berbeda. Mereka tidak menghubungkan foundation model dari pihak ketiga secara langsung ke sistem pengguna, melainkan menjalankan model tersebut di infrastruktur milik sendiri.
"Model tersebut kami salin, kami jalankan di server milik kami sendiri, sehingga seluruh data dan proses tetap berada dalam sistem yang kami kendalikan. Ini untuk mencegah potensi kebocoran data ke pihak ketiga,” ujar Bintang
Selanjutnya: Intel Dikabarkan Dekati TSMC untuk Kerja Sama dan Investasi
Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (27/9) di Jabodetabek, Hujan Lebat Turun di Mana?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News