kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertagas dan E1 Bangun Kilang NGL US$ 192 Juta


Kamis, 11 Februari 2010 / 09:45 WIB
Pertagas dan E1 Bangun Kilang NGL US$ 192 Juta


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Test Test

JAKARTA. Perusahaan patungan (joint venture) antara PT Pertamina Gas (Pertagas) dengan perusahaan asal Korea Selatan, E1 Corp akan membangun kilang pengolahan gas alam cair alias natural gas liquid (NGL) di Sumatera Selatan. Rencananya, pembangunan kilang tersebut akan mulai dilakukan pada kuartal I tahun ini.

Perusahaan patungan bernama Pertagas E1 dibentuk pada 2007 lalu. Komposisi sahamnya: 56% untuk Pertagas , 34% E1 Corp dan 10% Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan. "Proses engineering, procurement, construction (EPC) dimulai bulan depan oleh PT Tripatra Engineering and Construction dengan target beroperasi tahun 2012," ujar Direktur Utama Pertagas, Suharyanto, Rabu (10/02).

Catatan saja, Pertagas E1 menggagas proyek kilang NGL sejak pertengahan tahun lalu. Pertagas E1 pun memilih Tripatra sebagai mitra dalam membangun EPC.

Untuk memastikan kelanjutan proyek ini, Suharyanto meminta Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) segera memutuskan pemasok gas untuk kilang tersebut. Ia berharap, surat keputusan pasokan gas sudah bisa keluar akhir bulan ini. "Gas bisa didapat dari Pertamina EP wilayah Sumatera. Jadi kita tunggu penunjukkan penjual gas oleh BP Migas," imbuh Suharyanto. Sayang, hingga berita ini turun, KONTAN belum berhasil mendapat tanggapan Kepala BP Migas, R. Priyono.

Berdasarkan hitungan sementara, proyek pembangunan kilang NGL ini akan melahap dana investasi sebesar US$ 192 juta. Dari jumlah itu, sekitar US$ 110,9 juta di antaranya menjadi kewajiban Pertagas yang akan disokong perusahaan induknya, PT Pertamina Persero. Biaya investasi proyek dengan tingkat pengembalian investasi alias internal rate of return (IRR) 17% itu lebih tinggi dari perkiraan semula US$154 juta.

Nah, kilang NGL tersebut akan memiliki kapasitas produksi 250 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Rencananya, Pertagas E1 akan menjual gas dari kilang ini kepada Pertamina dengan komposisi: mixed liquified petroleum gas (LPG) 540 ton per hari, propane 150 ton per hari, dan kondensat 2.150 barel per hari. "Propane dan mixed LPG dijual ke domestik melalui Pertamina sedangkan kondensatnya dibawa ke kilang Plaju,” papar dia.

Menurut Direktur Pengembangan dan Niaga Pertagas, Harjana Hidayat, wilayah Prabumulih, Sumatera Selatan dipilih karena asupan gas untuk kilang diambil dari lapangan milik Pertamina EP disitu. Nantinya, NGL produksi kilang Pertagas E1 akan memasok kebutuhan gas PT Pupuk Sriwidjaja yang dialirkan melalui pipa berukuran 8 inci sepanjang 90 kilometer.

Selain menggandeng E1 Corp untuk membangun kilang NGL, Pertagas juga menghidupkan lagi kilang Metanol Bunyu. Tadinya, kilang itu dikelola PT Medco Energi Internasional Tbk. Tapi lantaran kekurangan gas, perusahaan milik keluarga Panigoro ini menghentikan kegiatannya.

"Kami mengoperasikan lagi kilang itu karena Pertagas mendapatkan suplai gas dari Badan Kerjasama Operasi Pertamina-Medco di lapangan Simenggaris sebanyak 20-25 mmscfd," terang Harjana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×