kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina beberkan tantangan penerapan EOR di lapangan migas


Rabu, 21 Oktober 2020 / 17:42 WIB
Pertamina beberkan tantangan penerapan EOR di lapangan migas
ILUSTRASI. Pertamina. KONTAN/Baihaki/1/9/2020


Reporter: Filemon Agung | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina (Persero) mengakui penerapan metode Enchanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi telah dilakukan di sejumlah lapangan migas.

Senior Vice President Corporate Strategic Growth at PT Pertamina (Persero), Daniel S Purba mengungkapkan teknologi EOR telah dilakukan Pertamina lewat pilot project pada sejumlah lapangan.

"Beberapa lapangan Pertamina sudah gunakan water flood untuk pressure maintenance. Ada juga yang teknologi berkembang chemical surfaktan perlu waktu, sudah kerjakan dibeberpaa pilot project skala yang belum besar," ungkap Daniel dalam diskusi virtual, Rabu (21/10).

Daniel menjelaskan, ada sejumlah tantangan yang dihadapi dalam pemanfaatan EOR. Menurutnya, untuk pelaksanaan chemical dan Surfaktan EOR diperlukan perhitungan formula yang tepat. Selain itu menurutnya, ketika akan diimplementasikan maka perlu dipastikan keberlanjutan pasokan. "Teknologi lain masih cukup mahal, yang bisa diterapkan mungkin steam flood ya," kata Daniel.

Disisi lain, Direktur Eksekutif Aspermigas, Moshe Rizal menjelaskan penerapan EOR di sejumlah lapangan migas tanah air tergolong terlambat karena baru dilakukan ketika produksi turun. "Perusahaan seperti Chevron itu sudah menrencanakana EOR dari awal, sejak POD sudah ada untuk mengembangkan EOR. Jadi pilot project dilakukan sebelum produksi turun," kata Moshe.

Baca Juga: Penggunaan BBM Ron rendah bikin mesin kendaraan tak optimal

Ia menambahkan, telatnya penerapan EOR berdampak pada membengkaknya ongkos serta nilai keekonomian lapangan migas. Menurutnya, Indonesia bisa mencontoh praktik yang diterapkan di Northsea dimana pemerintah menerapkan regulasi agar sebelum sumur ditutup pascaproduksi, setiap KKKS wajib menerapkan EOR.

"Kita butuh teknologi yang revolusioner yang ramah diluar chemical EOR yang masuk keekonomian dan masuk untuk aplikasikan di lapangan di Indonesia yang sudah telat. Di Northsea mereka gunakan teknologi yang sudah masif dengan gunakan nutrisi untuk mikroba," jelas Moshe.

Teknologi ini bahkan diklaim dapat memperpanjang umur produksi sumur menjadi 10 hingga 15 tahun lebih lama. Teknologi ini juga disebut terjangkau dan memiliki tingkat keberhasilan cukup besar.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi mengkritisi sikap Pertamina yang dinilai setengah-setengah dalam berinvestasi. "Daripada investasi blok migas diluar negeri sebaiknya dialihkan ke investasi lapangan migas dalam negeri untuk tingkatkan eksplorasi," pungkas Fahmy.

Selanjutnya: Pertamina: Produksi Pertamax di Kilang Cilacap naik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×