Reporter: Azis Husaini | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - MUARA ENIM. PT Pertamina EP resmi mengoperasikan proyek Pengembangan Paku Gajah atau Paku Gajah Development Project (PGDP). Nilai investasi proyek integrasi gas ini sebesar US$ 145,10 juta, lebih rendah dari proyeksi awal mencapai US$ 147,53 juta.
Proyek ini sudah dijalankan sejak tahun 2013 hingga saat ini. Adapun sumber gas untuk proyek PGDP ini berasal dari Lapangan Paku Gajah di struktur Pagardewa, Karangdewa, Prabumenang, Tasim, Pemaat, Kuang Selatan, Lavatera, dan Piretrium.
Presiden Direktur PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf mengatakan, PGDP yang dikelola oleh Pertamina EP Asset II, merupakan integrasi dari fasilitas produksi yang telah ada. Fasilitas tersebut yaitu fasilitas produksi Metering Pagardewa, Stasiun Pengumpul Gas (SPG) Merbau, Stasiun Pengumpul Gas Kuang Existing, dan Stasiun Pengumpul Gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Total kapasitas hasil integrasi fasilitas gas tersebut sebesar 70 juta kaki kubik gas per hari (mmscfd), terdiri dari 45 mmscfd dari SPG Paku Gajah dan 25 mmscfd dari SPG Kuang.
“PGDP memiliki dua fasilitas produksi, yaitu SPG Paku Gajah dan SPG Kuang, serta jalur pipa trukline berdiameter 12 inchi sepanjang 23 kilometer dari SPG Paku Gajah ke CO2 Removal Existing SPG Merbau,” ujar Nanang saat peresmian PGDP di Pagar Dewa, Muara Enim, Sumatra Selatan, Rabu (6/12).
Nanang mengatakan, kebutuhan gas di Sumatra bagian selatan cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), total kebutuhan gas di Sumatra Selatan saja tahun ini mencapai 1.013,9 mmscfd.
Namun, commited demand baru 353,2 mmscfd. Sementara itu, allocated demand tercatat 330,7 mmscfd. Di luar itu, ada potential demand sekitar 330 mmscfd untuk kebutuhan pembangkit listrik yang dikelola PLN maupun pembangkit listrik yang dikelola swasta atau independent power producer (IPP) serta pasokan gas untuk jaringan gas kota.
“Untuk memenuhi kebutuhan pasar gas yang cukup besar di Sumsel dan memperpanjang masa produksi (plateau), kami mengembangkan lapangan migas secara terintegrasi di sekitar area Paku Gajah dengan melakukan pemboran eksplorasi dan pengembangan PGDP,” jelas Nanang.
Asal tahu saja, PGDP berada di dua kabupaten, yaitu Muara Enim dan Ogan Komering Ulu. Gas yang dihasilkan dari SPG Paku Gajah dan SPG Kuang disalurkan ke konsumen PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) maupun konsumen gas lainnya di Sumatra Selatan.
PGDP menggunakan fasilitas produksi yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur-sumur eksplorasi maupun dari sumur pengembagan PGDP yang telah dibor sejak 2010 silam.
“Beberapa pemboran sumur pengembangan dilakukan sejak 2010 melalui tahapan put on production (POP) dan pada 2013 dilanjutkan dengan pemboran pengembangan melalui tahapan plan of development (POD) yang telah disetujui SKK Migas pada Januari 2013,” ujar Nanang.
Realisasi produksi PGDP sebesar 52,4 mmscfd secara year to date dan kondensat sebesar 861 billion cubic feed per day (bcfd). Sementara itu, target dalam RKAP 2017 sebesar 45,10 mmscfd dan kondensat 806 bcfd.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi mengatakan, proyek Paku Gajah penting untuk menjamin pasokan gas bagi kebutuhan domestik. Dengan beroperasinya PGDP diharapkan mendorong tumbuhnya ekonomi Sumatra Selatan dan menciptakan dampak berantai (multiplier effect) yang lebih besar yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
“Industri hulu migas berkomitmen untuk terus memenuhi kebutuhan gas domestik demi kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News