kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina Geothermal mulai pengembangan green hydrogen di WKP Ulubelu


Kamis, 01 Juli 2021 / 20:25 WIB
Pertamina Geothermal mulai pengembangan green hydrogen di WKP Ulubelu
ILUSTRASI. Pertamina Geothermal mulai pengembangan green hydrogen di WKP Ulubelu.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) merencanakan pengembangan pemanfaatan green hydrogen bakal dimulai di Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) Ulubelu.

Manager Government and Public Relation Pertamina Geothermal Energy Sentot Yulianugroho menyebut, pemilihan WKP Ulubelu dikarenakan kriteria yang cocok untuk riset pengembangan bisnis green hydrogen.

Sentot melanjutkan, pihaknya telah membentuk tim untuk mendukung rencana pengembangan bisnis green hydrogen. "Kalau boleh dibilang masih proses inisiasi. Tetapi walaupun masih proses inisasi di PGE sendiri sudah dibentuk tim," terang Sentot dalam konferensi pers virtual, Kamis (1/7).

Kendati demikian, Sentot enggan merinci lebih jauh besaran biaya investasi untuk pengembangan bisnis ini.

Baca Juga: Pertamina Power Indonesia cetak laba US$ 14 juta di tahun lalu

Merujuk pemberitaan Kontan.co.id,  kebutuhan investasi awal diperkirakan ada di kisaran US$ 3 juta hingga US$ 5 juta.

Direktur Utama PGE Ahmad Yurianto pernah mengatakan, pengembangan green hydrogen direncanakan dapat dilakukan pada wilayah kerja panas bumi (WKP) eksisting yang dimiliki saat ini.

"Kalau kami lihat wilayah kerja, kami bisa bangun green hydrogen belt dan ini masa depan carbon neutral untuk Indonesia. Investasi awal dikisaran US$ 3 juta sampai US$ 5 juta," jelas Ahmad dalam diskusi virtual pada 21 Mei 2021 silam

Dia menambahkan, perkiraan biaya investasi tersebut baru meliputi sisi hulu dan belum sampai ke sisi hilir. Selain itu, produksi green hydrogen ditargetkan sebesar 100 kilogram (kg) per hari dan dapat dimulai pada tahun ini.

Kendati demikian, Ahmad memastikan saat ini pihaknya memang masih dalam tahapan kajian awal meliputi Final Investment Decision (FID), teknologi assessment dan market assessment.

PGE juga telah melakukan pembicaraan dengan Kementerian terkait antara lain Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Ahmad mengungkapkan, tahapan pengembangan bisnis ke green hydrogen telah dimulai saat ini dan ditargetkan pilot project dapat dilangsungkan di tahun 2021 pada salah satu area proyek yang dimiliki.

Dari sisi keekonomian, dia mengakui biaya produksi jenis green hydrogen tergolong lebih tinggi dibanding jenis hydrogen lainnya.

Meskipun begitu, Ahmad optimistis biaya produksi ke depannya dapat terpangkas terdorong dua faktor yakni pengembangan teknologi dalam proses produksi hydrogen serta komponen cost of power.

Incar pasar Singapura

Sentot menambahkan, pemetaan pasar potensial saat ini yakni untuk ekspor ke Singapura. Kata dia, kebutuhan green hydrogen di Singapura cukup tinggi untuk memenuhi pasokan bahan bakar kapal.

"Dari luar negeri seperti Singapura itu sudah digunakan bahan bakar untuk transportasi kapal. Ini yang sedang kami jajaki untuk bisa kesana marketnya," kata Sentot.

Sebelumnya, Ahmad pun memastikan  potensi pasar saat ini pun masih cukup terbuka apalagi sejumlah negara punya kebutuhan untuk mendorong target carbon neutral.

"Untuk besarkan pie-nya, kami juga lihat akses dan kaji tidak hanya domestik tapi pasar regional atau beyond regional. Di mana (jika) ada satu pasar yang sudah terapkan target carbon neutral otomatis itu akan jadi potensi," jelas Ahmad.

Dari sektor domestik, sejumlah sektor dinilai punya potensi antara lain fertilizer, steam hingga refinery. Kendati demikian, Ahmad menilai kehadiran green hydrogen tidak akan serta merta bisa menggantikan produk eksisting yang ada.

"Kemungkinan tidak akan secara langsung gantikan, kalau bandingkan titik saat ini harga green hydrogen akan sedikit lebih tinggi dibanding hydrogen lainnya. Perlu upaya pengembangan pasar dan berikan value propositon," terang Ahmad.

Dia bilang, dengan menawarkan nilai produk green hydrogen maka ada faktor cleanliness yang dinilai jadi keunggulan untuk ditawarkan kepada konsumen. Bahkan menurut Ahmad, terdapat sejumlah customer yang punya kebutuhan terhadap sumber energi yang dapat mendorong tercapainya carbon neutral dan siap membayar dengan harga premium.

Selanjutnya: Pertamina teken nota kesepahaman dengan Sonatrach jalin kerja sama hulu hilir energi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×