Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah enam pekan melakukan pengeboran relief well atawa sumur baru di pantai utara Karawang, Pertamina kini telah memasuki tahap akhir dan memasuki fase penutupan sumur YYA-1 yang merupakan sumber tumpahan.
Mereka optimis kebocoran minyak pada sumur YYA-1 yang dikelola Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ), dapat segera ditutup permanen sesuai target pada akhir September 2019.
Ifki Sukarya, Vice President Relations Pertamina Hulu Energi menyampaikan pengeboran sumur YYA-1 RW sumur baru telah mencapai pada safe point terakhir yakni pemasangan casing 8 1/2 di kedalaman 8957 feet atau 2.730 meter.
Baca Juga: Tiga proyek hulu migas mengalami kemunduran jadwal onstream
Safe point ini tinggal menyisakan interval sepanjang 20 feet atau 6 meter dari target mulai intercept di 8977 feet atau 2.736 meter.
“Saat ini tahapannya sudah pada fase menemukan dan meng-intercept lubang sumur YYA-1. Ini merupakan salah satu proses yang penting, sehingga harus dilakukan sangat hati-hati. Harapannya akhir September atau paling lambat awal Oktober, sumur sudah bisa ditutup permanen," papar Ifki di Jakarta, Jumat (20/9).
Ia melanjutkan setelah melokalisir dan intercept dengan tepat, tahap berikutnya memompakan lumpur berat ke dalam sumur baru dengan tujuan mematikan sumur YYA-1. Setelah sumur YYA-1 dinyatakan mati akan dilakukan monitoring selama 24 jam penuh sebelum dilanjutkan ke proses plug and abandon atau penutupan sumur secara permanen.
Baca Juga: Neptune Energy caplok 20% PI Blok East Sepinggan dari Eni
Selain itu, upaya penanganan oil spill di laut, proteksi berlapis dengan lebih dari 9.000 meter oil boom konsisten terus dipertahankan dengan baik.
"Per kemarin malam, tumpahan minyak sebesar 39.685 barel secara kumulatif untuk offshore. Nah untuk di darat kita satuannya bukan barel, jumlah karungnya terkumpul 5.535.627 karung itu kumulatif, dan yang sudah terkirim ke pengelola limbah 5.532.262 karung," tambahnya.
Sedangkan untuk perlindungan di pesisir pantai, PHE telah melakukan pemasangan lebih dari 10.000 meter oil boom dan 2.000 meter waring khususnya untuk memastikan proteksi area sensitive mangrove. PHE juga secara pararel telah memulai program penanaman 10.000 mangrove di Segar Jaya Kerawang bekerja sama dengan UNISMA dan Pemda Karawang.
PHE ONWJ bekerjasama dengan Pertamedika pun terus memberikan layanan kesehatan di wilayah terdampak dengan menerjunkan 10 dokter, 69 paramedik dan 5 ambulance yang tersebar di 10 Posko Kesehatan.
Seluruh posko rata-rata melayani sekitar 500 warga per hari, sehingga secara kumulatif sejak dibuka layanan kesehatan, total yang telah melayani mencapai 23.942 pemeriksaan warga.
Ifki melanjutkan, PHE ONWJ juga mulai melakukan relokasi sementara terhadap 27 KK yang tinggal di tiga dusun di Desa Cemara Jaya. Terkait kompensasi, sebanyak 10.271 warga terdampak telah terverifikasi untuk menerima dana kompensasi awal.
Hingga 19 September 2019, tercatat sebanyak 2.401 warga telah mendapatkan kompensasi awal yang merupakan itikad baik Pertamina. Besaran kompensasi berdasarkan hasil koordinasi pemangku kepentingan pada 9-10 September 2019 yang dikonsultasikan ke Tim Kejaksaan Agung, BPKP, KKP, KLHK, SKK Migas, MUI Jabar dan Kepala Dinas di tujuh kabupaten/ kota.
Baca Juga: Sepakat soal valuer, Pertamina dan Saudi Aramco lanjutkan diskusi Kilang Cilacap
Pembayaran kompensasi awal ini diberikan terlebih dahulu untuk warga terdampak langsung, nelayan, pembudidaya, petambak garam, kelompok pengolah dan pemasar ikan serta wisata bahari.
Ia menjelaskan Pertamina dengan pihak terkait dalam proses penyusunan formula kompensasi final. Nantinya kompensasi tahap awal yang telah disampaikan kepada warga akan diperhitungkan sebagai bagian dalam kompensasi final.
"Kami juga melakukan verifikasi tahap selanjutnya untuk memastikan warga terdampak yang berhak namun belum masuk dalam daftar penerima kompensasi awal dapat terselesaikan segera," jelas Ifki.
Baca Juga: Jadwal Produksi Tiga Proyek Migas Meleset premium
PHE menegaskan bahwa kompensasi tersebut akan diikuti dengan berbagai program berkelanjutan yang akan dilakukan dalam jangka menengah dan panjang ke depan, baik dari sisi kesehatan, pendidikan, lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat terdampak sekitar benar-benar pulih atau bahkan lebih meningkat dibandingkan sebelum adanya kejadian ini.
Mengenai potensi kerugian total yang ditanggung Pertamina akibat dari kebocoran gas dan tumpahan minyak sumur YYA-1 ini, ia bilang pihaknya akan menghitung seluruh komponen biaya yang mereka keluarkan. "Saya enggak bisa kasih estimasi, tapi kayaknya enggak sampai (US$1 miliar)," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News