Reporter: Filemon Agung | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - BALIKPAPAN. PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM) telah memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap untuk memenuhi kebutuhan listrik operasional kantor sejak tahun 2014.
General Manager PT PHM Setyo Sapto Edi mengungkapkan, instalasi PLTS Atap dimulai sejak zaman pengelolaan Blok Mahakam oleh Total EP. Adapun, PLTS Atap Ongrid ini terpasang di Gedung G Balikpapan Base Office dengan kapasitas sebesar 100 KWp.
"Ini menjadi komitmen PHM selalu mengedepankan Energi Terbarukan. Instalasi PLTS Atap cukup bermanfaat bagi kelistrikan kami di sini," kata Setyo di Kantor Pertamina Hulu Mahakam, Rabu (6/9).
Sementara itu, Responsible for Safety & Environment on Site Balikpapan Based Office Ruslan Rahim menjelaskan, belum stabilnya suplai kelistrikan wilayah Balikpapan pada satu dekade silam menjadi alasan pemasangan PLTS Atap di unit kantor PHM.
Baca Juga: Simak Potensi Teknologi Carbon Capture Storage Bagi Indonesia
Semula, instalasi PLTS direncanakan pada seluruh unit gedung perkantoran yang ada. Meski demikian, dari hasil uji kelayakan yang dilakukan, instalasi PLTS Atap baru memungkinkan dilakukan pada satu unit gedung saja.
Selain itu, kebutuhan investasi yang cukup besar untuk PLTS Atap kala itu turut menjadi pertimbangan.
"PLTS ini mulai digagas tahun 2013 dan di 2014 terpasang serta mulai berproduksi. Jadi sudah hampir 10 tahun kami menggunakan PLTS Atap ini," kata Ruslan.
Ruslan melanjutkan, total panel surya yang terpasang mencapai 430 panel surya serta 5 inverter. Dalam sehari, produksi energi dari PLTS Atap ini mencapai 34,4 KWh dimana kebutuhan listrik unit gedung mencapai 21 KWh.
PLTS Atap ini beroperasi dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Adapun, kelebihan daya listrik yang dihasilkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan unit gedung lainnya.
Baca Juga: Pertamina Hulu Energi Capai 110% dari Target Pengurangan Emisi Karbon
Meski demikian, Ruslan mengakui idealnya setiap unit gedung memiliki satu unit PLTS Atap untuk mencukupi seluruh kebutuhan listrik yang ada.
"Dari sisi efisiensi emisi, kita sudah bisa mengurangi emisi CO2 sebanyak 861,1 ton CO2e sejak ini dipasang," imbuh Ruslan.
Ruslan menjelaskan, berdasarkan perhitungan yang ada, Break Event Point (BEP) atau estimasi balik modal dari investasi PLTS Atap ini adalah 5 hingga 8 tahun.
Ruslan menjelaskan, ke depannya belum ada rencana penambahan instalasi PLTS pada unit perkantoran yang lain. Selain pertimbangan biaya, keterbatasan lahan yang ada juga menjadi kendala jika skema PLTS ground-mounted hendak diterapkan.
Sementara itu, instalasi PLTS Atap belum memungkinkan untuk dilakukan mengingat kondisi atap gedung perkantoran yang usianya sudah cukup tua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News