kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertamina ingin punya pusat teknologi tahun depan


Rabu, 17 Agustus 2016 / 16:05 WIB
Pertamina ingin punya pusat teknologi tahun depan


Sumber: Kompas.com | Editor: Sanny Cicilia

MANOKWARI. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto menargetkan untuk melahirkan pusat riset dan teknologi atau Pertamina Research and Technology Center.

Tujuannya adalah agar Indonesia tak hanya memanfaatkan teknologi dari asing, namun juga mandiri dalam teknologi.

Dwi mengaku, sejak dirinya menjabat Direktur Utama Semen Indonesia, ia memiliki keprihatinan. Ia bercerita, sejak pabrik semen pertama di Indonesia berdiri di Padang tahun 1910, pabrik itu sudah menggunakaj teknologi modern.

"Di China mulai modernisasi pabrik tahun 1980-an. Sekarang kita dihadapkan kenapa tidak pakai teknologi China. Kenapa tidak ada teknologi Indonesia? Saya sedih. Lalu siapa yang memikirkan adanya penguasaan teknologi?" ujar Dwi ketika berbincang dengan wartawan di Hotel Aston Niu Manokwari, Selasa (16/8/2016) malam.

Menurut Dwi, persaingan di masa depan adalah siapa yang menguasai teknologi. Saat ini, kata dia, tidak ada yang memaksa di Indonesia untuk bergerak ke teknologi, sementara hal sebaliknya terjadi di China. Sama halnya terjadi di industri perminyakan.

Jika bisnis dilakukan seperti biasa, maka Pertamina dan industri minyak di Indonesia sulit untuk maju.

"Menurut saya yang harus terjun ke penguasaan teknologi adalah BUMN. Kalau kita menguasai teknologi, di investasi itu akan bisa lebih efisien," tutur Dwi.

Dwi mengungkapkan, siapa yang menguasai teknologi pasti bisa membuat investasi lebih efisien. Di samping itu, persaingan di masa depan adalah terkaot teknologi, efisiensi, dan produktivitas.

"Kalau tidak, kita yang butuh banyak proyek tapi semua menggunakan engineering dari luar negeri dan harus bayar. Kalau harus pakai teknologi orang lain terus, kapan kita mandiri secara hakiki?" terang Dwi.

Ia pun menyatakan, beberapa perusahaan minyak besar sudah memiliki pusat riset dan teknologi semacam itu. Dwi memberi contoh adalah Shell dan Petronas.

"Kalau kita mau bersaing dengan Petronas, kita harus punya technology center. Petronas punya, Shell juga punya," tegasnya. (Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×