kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pertamina & PLN bergandengan garap pembangkit


Senin, 15 Agustus 2016 / 13:43 WIB
Pertamina & PLN bergandengan garap pembangkit


Reporter: Azis Husaini, Febrina Ratna Iskana | Editor: Adi Wikanto

Jakarta. Induk atau holding BUMN Energi bakal kian gemuk. Rencana awal, PT Pertamina akan mencaplok PT Perusahaan Gas Negara Tbk.

Belakangan, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga akan menguasai 50% saham PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak usaha Pertamina. Itu artinya, PLN secara tak langsung jadi bagian holding BUMN Energi.

Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, dan Kawasan Pariwisata Kementerian BUMN, Edwin Hidayat Abdullah mengatakan, dalam membangun infrastruktur energi memang harus efesien. "Sharing resources bisa hemat biaya," ungkap dia dalam diskusi Holding BUMN Energi, Minggu (15/8).

Dengan adanya rencana PT Pertamina mengakuisisi penguasa gas hilir, PT Perusahaan Gas Negara Tbk dan PLN mengakuisisi 50% saham anak usaha Pertamina, maka PLN akan mudah mendapatkan pasokan gas atau sumber daya lain dari Pertamina Group. "Gas bukan masalah bagi industri, tapi ke pembangkit karena rencana 2025 pembangkit gas harus 25%. Pembangunan PLTG juga perlu joint PLN dengan Pertamina Group," kata dia.

Oleh karena itu, selain bersinergi dalam proyek PLTG kelak, Pertamina bersama PLN juga akan membesarkan bisnis pembangkit listrik geothermal. Caranya, Pertamina akan melepas 50% saham PGE ke PT PLN. "Akuisisi PGE, tidak perlu Peraturan Pemerintah, business to business saja," imbuh Edwin.

Mekanisme pembentukannya, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menanamkan modal 50% di anak usaha Pertamina, yakni PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Dana untuk melakukan aksi korporasi ini akan didapat dari dana pinjaman. "PLN juga dapat Penyertaan Modal Negara tahun ini Rp 23,5 triliun," kata Edwin.

Saat ini proses akuisisi saham Pertamina di PGE sudah mencapai proses pengkajian finansial untuk menghitung model penciptaan nilai (value creation) jika PGE dimiliki oleh Pertamina dan PLN. "Kami juga harus lakukan appraisal valuasi PGE ini, nilainya berapa dan proyek-proyek PLN nilainya berapa sekarang. Ada tahapan-tahapan yang harus dilalui," jelasnya.

Dia mengaku, saat ini kajian-kajian tersebut sudah dimulai dengan urutan, PGE membuka data proyek geothermal, meneken Head of Agreement (HoA) antara Pertamina dengan PLN. Setelah itu, Pertamina dan PLN melakukan general commercial terms. Setelah itu penunjukan empat konsultan.

Empat konsultan itu terdiri dari konsultan teknis, konsultan keuangan, konsultan penilai, dan konsultan hukum. Untuk konsultan keuangan akan dilakukan PT Danareksa, sementara tiga konsultan lainnya dalam proses tender. "Setelah penunjukan konsultan, ya, kita bahas kesepakatannya nanti," katanya.

Dengan adanya sinergi ini, Edwin berharap, perusahaan yang dimiliki Pertamina dan PLN ini akan bisa mempercepat pencapaian target yang ditetapkan pemerintah hingga 7.200 MW pada 2025. Saat ini PGE baru mengerjakan 11 proyek panas bumi dengan daya yang telah diproduksi mencapai 450 MW.

Vice President Corporate Communications Pertamina, Wianda Pusponegoro menyebut, Pertamina masih berkomitmen menggarap proyek panas bumi dengan melakukan investasi sebesar US$ 15,9 miliar hingga 2025.

Direktur Utama PLN Sofyan Basir menyebut, dengan terjadinya akuisisi 50%, nama PGE akan berubah. "Nanti akan di bawah PLN dan Pertamina. Namanya mungkin PT PLN Pertamina Geothermal (PPGE)," ungkap dia. Proses akuisisi ini ditargetkan tahun ini dan kalau meleset, bisa dilanjutkan tahun depan.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×