kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pertamina ngotot ingin naikkan harga elpiji 12 kg


Senin, 05 Agustus 2013 / 17:04 WIB
Pertamina ngotot ingin naikkan harga elpiji 12 kg
ILUSTRASI. Berisiko Tinggi, Selalu Gunakan Uang "Dingin" Kalau Anda Investasi Kripto. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo


Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Pertamina Persero tetap ingin menaikkan harga elpiji dalam waktu dekat. Sebab, kerugian perseroan setiap tahun selalu bertambah akibat menanggung kerugian penjualan elpiji.

Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya mengatakan, setiap tahun Pertamina mengalami kerugian atas penjualan elpiji 12 kg sebesar Rp 5 triliun. Bahkan secara akumulasi dalam 4 tahun terakhir, Pertamina mengalami kerugian hingga Rp 20 triliun.

"Soal kenaikan harga elpiji, nanti kita akan bicara lagi. Bagaimanapun, beban korporasi sudah terlalu berat. Tiap tahun kita rugi Rp 5 triliun, tapi secara akumulasi kita rugi Rp 20 triliun," kata Hanung saat ditemui di lapangan Monas Jakarta, Senin (5/8/2013).

Hanung menambahkan, Pertamina ingin agar pemerintah memperhatikan nasibnya khususnya tentang beban operasional dari subsidi harga elpiji 12 kg ini. Bagaimanapun, Pertamina ingin memiliki modal besar untuk ekspansi ke depan, apalagi harus bersaing dengan perusahaan minyak asing.

"Kemampuan kita berkurang, maka sebaiknya beban elpiji ini jangan ditunda-tunda lagi. Soalnya sebagian investasi kita juga tertunda hanya gara-gara beban operasional yang tinggi ini," jelasnya.

Memang saat ini pemerintah memilih untuk menunda rencana kenaikan harga elpiji 12 kg. Sebab, kenaikan harga elpiji ini akan menambah risiko inflasi di bulan Juli. Bagaimanapun, inflasi Juli telah membengkak hingga 3,29 persen, terutama disebabkan karena efek dari kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi yang telah diberlakukan 22 Juni lalu.

"Waktu itu sudah disampaikan pemerintah bila inflasinya sedang tinggi. Jadi penundaan kenaikan harga ini karena mencegah inflasi lebih tinggi lagi," jelasnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik mengatakan, pemerintah belum berniat untuk menaikkan harga elpiji 12 kg sebesar 10-20 persen setelah lebaran tersebut dalam waktu dekat.

Pemerintah menganggap masyarakat masih terbebani dengan kenaikan harga BBM bersubsidi yang telah berlaku sejak akhir Juni lalu.

"Harga elpiji naik, itu belum waktunya. Itu kan kata Bu Karen (Dirut Pertamina. Harga elpiji belum waktunya dinaikkan. Masyarakat berat, baru habis dinaikkan BBM," kata Jero saat ditemui di kantor Kementerian Perekonomian Jakarta, Senin (29/7/2013) malam.

Jero menganggap bahwa dengan kenaikan harga BBM bersubsidi yang sudah mulai berlaku akan memberi dampak kenaikan inflasi pada harga kebutuhan pokok. Sehingga pemerintah menganggap kebijakan untuk menaikkan harga elpiji 12 kg belum perlu dilakukan. (Didik Purwanto/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×