Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Meski kritik agar tender pengadaan minyak menguat, PT Pertamina tetap berkelit, tak mau membuka tender secara terbuka. Lihat saja, hingga saat ini, Pertamina masih merahasiakan harga beli minyak mentah dari perusahaan pemenang tender Januari 2015, yakni, Socar Trading Singapore Pte Ltd, National Oil Company asal Azerbaijan dan Vitol Group, perusahan energi sekaligus trader asal Belanda.
Socar memasok minyak mentah jenis Azeri sebanyak dua juta barel. Sementara Vitol menyuplai minyak mentah jenis qua iboe sebesar dua juta barel.
Vice President Integreted Supply Chain (ISC) Pertamina, Daniel Purba mengatakan, pihaknya tidak bisa membuka harga minyak dari Socar dan Vitol. Sebab, Pertamina patuh pada etika bisnis internasional dalam kegiatan jual beli di pasar internasional. "Bukan karena tak ada transparansi, tapi ini untuk menjaga etika bisnis," kata dia, Selasa (17/2).
Menurutnya, tak dibukanya soal harga merupakan upaya menjaga daya saing atau competitiveness dalam kegiatan pengadaan minyak pada bulan-bulan berikutnya. "Bukan berarti ini data rahasia. Kami sama sekali tak menutupi. Ini lebih menjaga iklim internasional trading di mana kami menjadi salah satu player-nya, perusahaan lain pun tidak membeberkan harganya," klaim dia.
Saat ini, ISC Pertamina telah mengantongi 130 mitra yang kerap ikut tender pengadaan minyak. Daniel menjelaskan, tender dilakukan tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan minyak tiga bulan ke depan. "Jika tendernya dilakukan Januari, pasokannya untuk tiga bulan ke depan, yakni Februari-April," jelas Daniel.
Tanggal tender bersifat tentatif. Artinya, waktunya diikuti dengan perhitungan kebutuhan yang diperlukan. Pertamina akan mengevaluasi dan memproses perhitungan melalui simulasi kebutuhan BBM. "Setelah itu, kami mengestimasi berapa yang kami perlukan, terus kami tender," jelas dia.
Untuk pengadaan, ada dua hal yang dilakukan ISC Pertamina, yakni, secara term kontrak ataupun melalui spot. Di antaranya, term kontrak 60% hingga 80% dan spot 20% hingga 40%. Total impor ISC Pertamina sebanyak 9 juta barel per bulan atau 300 juta barel per tahun.
Skema term kontrak dilakukan untuk memaksimalkan minyak mentah langsung dari produsen. "Saat ini kami sedang melakukan pembicaraan dengan produsen yang minyaknya pas dengan indonesia," jelasnya. Dari perubahan skema tender yang dilakukan, ISC Pertamina bisa menghemat anggaran US$ 2,3 juta per pengapalan.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menegaskan, harga memang tidak bisa dibeberkan akan tetapi pastinya, Pertamina telah memberikan harga yang terbaik dan lebih murah. "Kalau memang harganya tidak bisa lebih murah, Pak Daniel yang kami copot," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News