kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.060.000   18.000   0,88%
  • USD/IDR 16.445   2,00   0,01%
  • IDX 7.867   -18,52   -0,23%
  • KOMPAS100 1.102   -2,88   -0,26%
  • LQ45 800   1,11   0,14%
  • ISSI 269   -0,86   -0,32%
  • IDX30 415   0,50   0,12%
  • IDXHIDIV20 482   1,02   0,21%
  • IDX80 121   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 134   0,17   0,13%

Pertumbuhan konsumsi terigu berpotensi melambat akibat tingginya harga gandum


Kamis, 27 Januari 2011 / 12:05 WIB
Pertumbuhan konsumsi terigu berpotensi melambat akibat tingginya harga gandum


Reporter: Rizki Caturini | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Peningkatan harga gandum dunia membuat pertumbuhan penyerapan tepung terigu di dalam negeri berpotensi melambat. Franciscus Welirang Ketua umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) bilang, tahun ini pertumbuhan pasar terigu hanya sekitar 5%-6%.

Sementara, tahun 2010 pertumbuhan penyerapan terigu dalam negeri bisa mencapai 10,5%. "Naiknya harga gandum berpotensi menahan laju penyerapan terigu," ujarnya.

Berdasarkan data Bloomberg (27/1) harga gandum untuk kontrak pengiriman Maret 2011 di Chicago Board of Trade (CBOT) berada di US$ 8,635 per bushel. Harga ini tertinggi sepanjang 2011. Harga ini pun menjadi yang tertinggi untuk kontrak teraktif sejak 6 Agustus 2010.

Walaupun pertumbuhan konsumsi terigu tetap meningkat dari tahun ke tahun, namun peningkatan itu lebih banyak dinikmati oleh importir terigu.

Menurut data Aptindo, konsumsi terigu nasional pada 2010 yang mencapai 4,39 juta ton, sekitar 762.515 ton terigu merupakan hasil impor. Sementara, sepanjang 2010 Indonesia membutuhkan gandum sekitar 4,85 juta ton dengan mengimpor sebanyak 4,6 juta ton gandum.

"Jadi masih ada selisih 250.000 ton gandum. Artinya stok gandum di dalam negeri juga kurang" katanya. (Budi Prasetyo/Tribunnews)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×