Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) Tbk mengincar laba di atas US$ 200 juta sepanjang tahun ini atau meningkat 33,33% dibandingkan pendapatan tahun 2018 yang sekitar US$ 150 juta. Untuk mencapai target tersebut PGAS optimistis meraih pendapatan US$ 5 miliar tahun ini.
Direktur Utama Perusahaan Gas Negara Tbk Gigih Prakoso mengatakan, angka itu juga lebih tinggi dari perolehan tahun lalu. Namun, Gigih masih belum mengatakan detail angkanya.
"Pendapatan tahun ini bisa sekitar US$ 5 miliar ya, naik (dibanding tahun lalu). Profit tahun lalu US$ 150-an juta, sekarang (target tahun ini) di atas US$ 200 juta," kata Gigih saat ditemui di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Selasa (12/2).
Menurut Gigih, pendapatan dan laba PGN bisa lebih tinggi dari tahun sebelumnya lantaran ada peningkatan permintaan dan penjualan gas. Secara umum, Gigih memberikan gambaran bahwa pada tahun lalu, penjualan gas PGAS naik dari rata-rata 800-an billion British thermal unit per day (BBTUD) menjadi 900-an BBTUD.
"Kami dapat pertumbuhan yang cukup baik, karena volume gas meningkat. Memang demand gas di akhir tahun lalu naik," imbuhnya.
Sampai dengan triwulan ketiga 2018, volume penjualan gas bumi PGAS sebesar 849 BBTUD. Jumlah tersebut naik dibandingkan periode yang sama pada tahun tahun 2017 sebesar 767 BBTUD.
Sampai dengan triwulan ketiga tahun lalu, PGAS juga mencatatkan volume transmisi gas bumi sebesar 718 MMSCFD. Sedangkan, lifting gas hingga 40.062 BBOE.
Sementara untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), PGAS masih mematok anggaran yang stagnan, yakni sebesar US$ 400 juta untuk tahun ini. Menurut Gigih, hal ini lantaran sebagian besar pekerjaan pembangunan infrastruktur pipa telah diselesaikan pada tahun lalu.
Gigih belum merinci alokasi dari anggaran capex tersebut. Hanya saja ia menyebut bahwa mayoritas masih akan digunakan untuk membangun jaringan pipa Perusahaan Gas Negara tersebut.
"Karena sebagian besar kita selesaikan di tahun lalu pipanisasi, jadi sekarang tinggal menambah saja. (Sumber dana) bisa internal, bisa eksternal," ungkapnya.
Namun, Gigih menjelaskan bahwa capex sebesar US$ 400 juta itu belum termasuk biaya pembangun jaringan gas (jargas) rumah tangga. Adapun, pada tahun ini, PGN berencana untuk membangun 800.000 hingga 1 juta Sambungan Rumah (SR).
"(Capex US$ 400 juta) itu belum termasuk jargas, kalau dimasukkan bisa lebih tinggi," tambahnya.
Yang jelas, Gigih tidak merinci berapa dana yang disiapkan PGN untuk membangun jargas tersebut. Sebab, ia mengatakan bahwa dana untuk membangun jargas ini bisa bisa didapat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Non-APBN, yakni dari kas PGN maupun partnership dengan pihak ketiga.
Pada tahun ini, ada 78.216 SR jargas yang rencananya akan didanai oleh APBN. Sementara secara keseluruhan, dengan target pembangunan jargas sebanyak 4,7 juta - 5 juta SR pada tahun 2025, Gigih menaksir biaya yang dibutuhkan mencapai Rp. 12,5 triliun.
Adapun, bersamaan dengan status sebagai Sub Holding Gas, Kontan.co.id pernah memberitakan bahwa PGN Group mematok target untuk menggarap lini niaga gas bumi hingga 935 BBTUD. Dari segmen usaha transmisi gas, PGN group menargetkan sebesar 2.156 MMSCFD sepanjang tahun 2019.
Sedangkan jumlah pelanggan yang akan dikelola PGN direncanakan mencapai 244.043 pelanggan.
Dari sisi infrastruktur, Sub Holding Gas terus melaksanakan pengembangan infrastruktur yang ditargetkan sampai dengan akhir 2019 total pengelolaan infrastruktur sepanjang 10.547 kilometer.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News