Reporter: Handoyo | Editor: Sanny Cicilia
PANGKALAN BUN. Sistem budidaya sapi terintegrasi di perkebunan kelapa sawit semakin diminati. Beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit mulai berpaling pada metode integrasi usaha budidaya sapi di lahan kelapa sawit. Maklum, potensi bisnisnya cukup menjanjikan.
Yang terbaru, PT Sulung Ranch, anak usaha PT Citra Borneo Indah yang bernaung di bawah PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), tengah menjadikan lahan perkebunan kelapa sawit sebagai sumber pakan ternak.
Dengan cara ini, SSMS tak perlu mengeluarkan dana besar untuk merawat kebun. "Secara kasat mata memang ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida," kata Direktur Utama SSMS Rimbun Situmorang, Sabtu (30/8).
Untuk memulai integrasi budidaya sapi ini, tahun ini, Sulung Ranch mengimpor 1.976 ekor sapi betina usia produktif berusia dua tahun dari Australia. Harganya US$ 1.060 per ekor. Artinya investasi awal perusahaan itu sekitar US$ 2 juta.
Selanjutnya, Sulung Ranch menaruh seekor sapi di perkebunan sawit seluas 400 meter (m). Agar ketersediaan pakan, terutama rumput, tetap terjaga, dalam kurun waktu beberapa hari, sapi-sapi tersebut dipindahkan ke lokasi perkebunan sawit lain.
Penghematan lain yang bisa dilakukan SSMS adalah biaya tenaga kerja. Jika menggunakan pola intensif, satu orang harus mengurusi 50 ekor sapi. Nah, dengan sistem integrasi, hanya perlu enam orang untuk menangani 1.200 ekor sapi.
Rimbun belum menghitung keuntungan yang bakal diraih. Tapi, ia memproyeksikan, jika hanya mengandalkan sapi indukan, untung bakal lama lantaran baru diraih setelah lahir anak ketiga. Karena itu perlu kombinasi dengan usaha penggemukan sapi.
PT Medco Agro sebenarnya sudah lebih dahulu masuk bisnis ini. Menggandeng PT Kadila Lestari Jaya, pada bulan Juni 2011, perusahaan itu mendatangkan 298 ekor sapi indukan yang siap melahirkan dari Australia seharga US$ 1.200 per ekor.
Pada November 2013, jumlahnya sudah menjadi 703 ekor atau meningkat 235%. Mereka mengklaim, penjualan sapi bakalan pertama telah mampu menutup belanja indukan. Artinya, dalam 1,5 tahun, usaha ini sudah balik modal.
Potensi ini membuat perusahaan kelapa sawit kelas kakap seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT Sampoerna Agro (SGRO) tertarik masuk ke bisnis ini. Saat ini, keduanya masih tahap persiapan. "Semua masih kita hitung, semua kemungkinan harus dibuka," ujar Widya Wiryawan, Presiden Direktur Astra Agro Lestari, tanpa menyebutkan detail rencana perusahaannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News