Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu lalu Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah berencana membuka keran impor garam dan gula secara langsung untuk kebutuhan industri. Dengan demikian, industri makanan dan minuman bisa lakukan impor kedua komoditas tersebut tanpa melalui importir terdaftar.
Kebijakan ini pun mengundang reaksi dari petani tebu lokal. Pasalnya, kebijakan tersebut dikhawatirkan akan membuat gula impor membanjiri Indonesia dan mengancam keberadaan gula hasil petani tebu lokal.
Dibukanya keran impor gula dikhawatirkan akan membuat gula impor tersebut dinilai sulit untuk dikendalikan. Alih-alih untuk kebutuhan industri, petani khawatir gula impor tersebut akan merembes ke pasaran dan menjadi gula konsumsi.
Baca Juga: Beri kepastian bisnis, eksportir lobster teken MoU dengan Vietnam
"Dampaknya banyak. Kemungkinan terjadi kebocoran di pasar konsumsi akan lebih sulit ditangani," ujar Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Soemitro Samadikoen dalam keterangannya, Rabu (18/11).
"Dengan 11 Pabrik GKR saja kebocoran tidak bisa tuntas ditangani, lantas berapa jumlah industri mamin yg akan mendapatkan ijin import langsung? Pasti jumlahnya akan lebih banyak. Apakah akan lebih efektif pengawasannya?," lanjutnya.
Imbasnya, gula hasil tebu petani lokal akan semakin sulit bersaing di pasaran. "Ujung korbannya tentu produsen gula yaitu petani tebu. Pemerintah senang sekali bikin aturan bypass, tanpa meminta pendapat semua yang kemungkinan terdampak," tutup dia.
Selanjutnya: Harga CPO membaik, Saraswanti (SAMF) optimistis kinerjanya bisa lebih dari tahun lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News