Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Petronesia Benimel melakukan penandatanganan Perjanjian Pekerjaan Kerjasama Penambangan Nikel dengan PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) pada Kamis (19/5). Penandatanganan dilakukan oleh masing-masing Direktur Utama Perusahaan di Hotel Fairmont, Jakarta.
Direktur Utama Petronesia Benimel, Remon Juhendrik mengatakan, pekerjaan yang yang disepakati dalam kontrak kerja sama meliputi pekerjaan pengupasan lapisan, penambangan/produksi bijih nikel, hingga pengangkutan ke tempat penumpukan atau stockpile.
“Fokus kami nomor satu pasti di safety, kedua keberlangsungan lingkungan hidup, dan ketiga baru kita bicara manfaat ke stakeholder khususnya perusahaan dari sisi pendapatan dan laba,” ujar Remon saat ditemui Kontan.co.id usai acara penandatanganan (19/5).
Petronesia Benimel merupakan anak usaha PT Hutama Karya Infrastruktur. Bidang usaha Petronesia Benimel meliputi jasa kontraktor minyak dan gas (migas), infrastruktur, dan juga pertambangan nikel.
Baca Juga: Menyusul Nikel, Pemerintah akan Larang Eskpor Bauksit dan Timah Tahun Ini
Sementara itu, SCM merupakan perusahaan tambang bijih nikel. Saat ini, SCM memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) seluas 21.100 hektar (ha) di Kecamatan Routa, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia.
Catatan saja, SCM telah menyelesaikan eksplorasi tahap pertama pada tahun 2013 dan terus melanjutkan eksplorasi hingga saat ini. Hasil sementara cadangan terkira yang ada pada areal PT Sulawesi Cahaya Mineral adalah sebagai berikut: Limonite ore 119 juta MT @ 1,3% Ni, 0,087% Co, 59,5% Fe2O3, dan 2,17% MgO (cut off Ni>1% and MgO<4%); Saprolite ore sekitar 22,6 juta MT @2,16% Ni, 0,042% Co, 28,3% Fe2O3, and 16,4% MgO (cut off Ni>1.6% and MgO<4%).
Durasi kontrak kerja sama antara Petronesia Benimel dengan SCM berlangsung selama 3 tahun. Estimasi total nilai kontraknya sekitar Rp 2 triliun untuk pekerjaan selama 3 tahun.
CEO dan Presiden Direktur SCM, Agus Superiadi mengatakan, SCM sangat mengutamakan keamanan serta aspek lingkungan dan sosial alias Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam kegiatan operasional tambangnya.
Baca Juga: Cegah Lonjakan Harga Nikel Terulang, LME Usulkan Transparansi di Pasar OTC Logam
“Kami nanti akan bersinergi untuk meyakinkan faktor keselamatan kerja itu menjadi prioritas utama, pengelolaan lingkungan juga harus dilakukan dengan baik, kemudian ada dampak positif terhadap masyarakat sekitar,” ujar Agus saat ditemui Kontan.co.id usai acara penandatanganan (13/5).
Hingga pertengahan bulan Mei 2022 ini, Petronesia Benimel sudah menggenggam kontrak anyar sekitar Rp 3 triliun. Harapan dan prediksi Petronesia Benimel, perolehan kontrak baru perusahaan bisa mencapai sekitar Rp triliun di sepanjang tahun 2022 ini, lebih besar dibanding dibanding perolehan kontrak baru Petronesia Benimel di sepanjang tahun 2021 yang berjumlah sekitar Rp 1,1 triliun.
“Saat ini kami juga lagi menjajaki (potensi kerja sama) dengan beberapa perusahaan tambang lain,” tutur Remon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News