Reporter: Petrus Dabu | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) mengaku sedang menegosiasikan harga pembelian gas. Direktur Utama PGAS Hendi menargetkan negosiasi itu bisa selesai tahun ini juga.
Dengan adanya penyesuaian harga ini, Hendi berharap pasokan gas bisa lebih pasti. "Yang jelas yang dijanjikan oleh BP Migas, kalau ada penyesuaian harga, volume ditambah terus jaminan alokasi lebih tinggi. Artinya prioritas alokasi lebih baik," ujar Hendi, Senin (5/12)
Sebelumnya, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mendesak PGAS meninjau kembali harga pembelian gas yang sudah tidak ekonomis lagi. Idealnya harga gas untuk pasar domestik sebesar US$ 7 hingga US$ 8 per juta meter kubik.
Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana mengungkapkan, saat ini masih banyak kontrak pembelian gas dalam negeri yang berada dibawah US$ 3 per mmbtu. "Kami mendesak kepada para pembeli untuk renegosiasi harga,” ujar Gde, Senin (5/12).
Data BP Migas menunjukan beberapa harga beli gas oleh PGAS yang masih berada dibawah harga keekonomian misalnya antara PGN South Sumatera West Java (SSWJ) dengan ConocoPhillips Corridor Block sebesar US$1,8 per mmbtu dengan jumlah pasokan mencapai 295 miliar kaki kubik per hari (bbtud).
Kemudian antara PGN Batam dan ConocoPhillips Corridor Block sebesar US$2,4 per mmbtu dengan jumlah pasokan mencapai 50 bbtud. Serta, antara PGN SSWJ dan Pertamina Pagardewa sebesar US$2,2 per mmbtu dengan jumlah pasokan 250 bbtud.
Gde mengatakan, negosiasi itu penting untuk mendorong investasi di sektor hulu migas dan meningkatkan pendapatan negara. “Kalau tidak ada renegosiasi harga maka tidak ada investasi baru. Itulah kenapa kita minta supaya selalu ada renegosiasi baru," ujar Gde.
Perhitungan BP Migas,apabila harga gas yang masih berada dibawah US$ 3 per mmbtu itu dinaikkan menjadi US$ 5- US$ 6 per mmbtu saja maka negara bisa mendapatkan tambahan penerimaan sebesar US$6 miliar per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News