Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menilai pemutusan hubungan kerja di sektor pariwisata tak dapat dielakan.
Sekretaris Jendral PHRI Maulana Yusran menuturkan dengan pembatasan pergerakan manusia untuk kedua kalinya ini tentunya menekan industri perhotelan. Menurutnya, pada pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid I pihaknya telah menyampaikan kepada pemerintah daya tahun perusahaan maksimum sampai dengan Juni.
Juni lalu, pemerintah juga sudah memulai adaptasi new normal. Maulana bilang periode tersebut memang terjadi pertumbuhan, walaupun sedikit.
"Sekarang dibatasi lagi, kondisi ini tentunya memperparah keuangan perusahaan karena daya tahan bisa dikatan sudah tidak ada. Jadi PHK susah untuk dielakan lagi," ujarnya kepada kontan.co.id, Senin (28/9).
Ia melanjutkan bahwa memang pemerintah memberikan stimulus-stimulus, tetapi dalam praktiknya tidak optimal lantaran persyaratan untuk mendapatkan stimulus itu tidak fleksibel.
Maulana mencontohkan seperti bantuan tunai langsung (BLT) kepada karyawan. Untuk mendapatkan stimulus tersebut persyaratannya perusahaan tidak memiliki tunggakan sampai dengan Juni.
Baca Juga: Bagi yang mampu, Pemprov DKI akan sediakan tempat isolasi mandiri berbayar di hotel
"Bagaimana bisa, sementara sektor pariwisata sudah tutup sejak Maret. Kalau perusahaan tidak memiliki tunggakan sampai Juni berarti perusahaan itu baik-baik saja," jelasnya.
Selain itu, persoalan listrik yang juga menjadi persoalan utama, Karena meskipun hotel tutup, pelaku usaha tetap harus membayar listrik tiap bulannya mencapai ratusan juta.
Dari sisi modal kerja, dengan pasar yang terganggu saja ia menilai sudah pasti tidak visible untuk mengajukan ke perbankan. Juga, dari sisi pengusaha sendiri juga banyak yang berpikir kembali untuk mengambil modal kerja dari perbankan sebab khawatir hanya 'tutup lobang gali lobang'.
"Nanti minjam uang untuk bayar beban-beban, tapi return-nya tidak pernah tau dengan kondisi yang tidak menentu ini," sebutnya.
Terkait potensi banyaknya PHK di sektor perhotelan dan pariwisata ini, ia belum bisa menyampaikannya. Hanya saja, ia menilai pasti akan banyak terjadi melihat saat ini sudah banyak restoran dan hotel yang menutup usahanya.
Selanjutnya: Pebisnis Hotel Berharap Dari Program Karantina Pasien Covid-19 Senilai Rp 100 Miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News