kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PHRI sebut potensi kerugian sektor hotel dan restoran US$ 1,5 miliar karena corona


Kamis, 12 Maret 2020 / 21:20 WIB
PHRI sebut potensi kerugian sektor hotel dan restoran US$ 1,5 miliar karena corona
ILUSTRASI. Hariyadi Sukamdani Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan juga President Director Hotel Sahid Jaya International Tbk.foto/Kontan/Tantyo Anon Prasetya


Reporter: Amalia Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menyatakan, potensi yang hilang dari industri hotel dan restoran akibat corona (COVID-19) mencapai US$ 1,5 miliar sampai hari ini.

Perhitungan kasar tersebut, diambil dari perhitungan ketiadaan pengunjung dari China, yang pada tahun lalu mencapai 2 juta orang dengan nilai pengeluaran US$1,1 miliar ditambah lain-lain sebesar US$400 miliar.

Baca Juga: Antisipasi efek wabah corona, Kadin minta pemerintah beri insentif untuk UMKM

Ia berkata, perhitungan tersebut masih kasar atau dalam arti lain perhitungan minimal karena belum memasukkan supply chain lain dari industri hotel dan restoran lainnya.

"Misalnya, supply chain perhotelan ada lebih dari 500 jenis operasional yang melibatkan UKM. Jadi, UKM terdampak. Perhitungan tersebut juga bisa lebih parah jika masyarakat tidak melakukan aktivitas," paparnya ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (12/3).

Sebagai informasi, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebelumnya juga telah memprediksi potensi kehilangan devisa dari sektor pariwisata sekitar US$530 juta akibat COVID-19.

Hariyadi melanjutkan, karena adanya virus corona, target pertumbuhan industri perhotelan dan restoran juga terpaksa direvisi. Tahun ini, target pertumbuhan dipatok di kisaran 4,5% sampai 5,2%.

Awalnya, target industri hotel dan restoran dipasang di kisaran 10% sampai 12%. Hariyadi berkata, target yang direvisi tersebut juga masih bergantung dari adanya pembalikan dari kepanikan masyarakat.

Baca Juga: PHRI: Stimulus pariwisata dari pemerintah sudah tepat tapi belum berdampak

Akibatnya, perusahaan yang bergerak di sektor perhotelan dan restoran juga harus menjaga cashflow operasional dengan menghapus pekerja harian dan memberlakukan sistem shift untuk pekerja kontrak dan tetap.

"Karyawan harian di perhotelan sudah pasti tidak lagi dipakai, ini untuk mengurangi beban kurang lebih 60% dan menjaga cashflow sekitar 30% sampai 50%. Di restoran pun juga sama, tapi karena di restoran banyak karyawan kontrak, sistem shift atau bergantian, lebih less complicated untuk penyesuaian jumlah karyawan," lanjutnya.

Dampak virus COVID-19, telah dirasakan di ebrbagai wilayah destinasi wisata yang paling banyak diminati. Di Bali, rata-rata okupansi hotel saat ini hanya 20% khususnya di daerah Kuta, Sanur, Legian, Ubud, dan Jimbaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×