kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

PHRI: Tingkat okupansi hotel cuma naik 5%


Minggu, 23 Juli 2017 / 19:56 WIB
PHRI: Tingkat okupansi hotel cuma naik 5%


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Markus Sumartomjon

JAKARTA. Upaya pemerintah menggenjot wisatawan luar negeri terus dilakukan. Misalnya saja dengan membuka rute penerbangan baru. Tahun in, Kementerian Perhubungan menargetkan ada 20 juta kunjungan wisatawan luar negeri masuk ke Indonesia lewat ekspansi rute internasional itu.

Haryadi Sukamdani, Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) menyatakan kebijakan tersebut jelas memberikan kontribusi bertambahnya wisatawan asing. Misalnya saja, peningkatan yang terasa yakni pada hotel di Manado, Sulawesi Utara.

"Namun, untuk di Jakarta dan Bali belum begitu terasa, karena jumlah kamar agak over. Jadi belum terasa peningkatan okupansinya," terang Haryadi kepada KONTAN, Sabtu (23/7).

Perkembangan ekonomi berbagi juga menekan langsung pada industri perhotelan. Haryadi mengungkapkan tren Airbnb alias pasar daring atau penginapan rumahan sejawat, memungkinkan pelancong menggunakan sistem ini. "Misalnya, orang punya apartemen kosong dan kemudian bisa disewakan," lanjutnya.

Selain itu, upaya pemerintah memangkas anggaran dan akomodasi nampak masih menekan pendapatan industri ini. Pasalnya, tren pemerintah menggunakan fasilitas hotel tak banyak bergeliat. Banyaknya hari libur juga memberikan pengaruh, terutama pada hotel yang ada di kota besar.

"Ini nampak dari semester 1-2017, tingkat okupansinya lebih rendah dari periode serupa tahun lalu," tambahnya.

Haryadi melanjutkan, penurunan tingkat okupansi semester 1-2017 itu secara nasional masih dibawah 5%-10% (YoY) dibandingkan dengan jumlah okupansi pada semester 1-2016. Peningkatan hanya terjadi pada daerah tertentu saja. Sehingga tidak begitu nampak secara keseluruhan. Misalnya saja tamu dari kerajaan Arab Saudi di Bali. Akan menambah jumlah pemakai hotel di Bali.

Namun, secara historis, industri perhotelan diprediksi akan mereguk pertumbuhan okupansi yang lebih pada semester II-2017. Sebab bulan Juli dan Agustus merupakan masa-masa libur bagi wisatawan asing.

Ia optimistis bila pertumbuhan pada semester II-2017 bisa lebih tinggi ketimbang pertumbuhan okupansi pada semester 1-2017. Selain itu, secara year to year (YoY), angka pertumbuhan okupansi tersebut bisa di atas 5%-10% dibandingkan dengan semester II-2016.

Secara tahunan, meski semester dua tahun ini akan ada pertumbuhan, menurutnya tidak cukup menggairahkan bila diakumulasi dengan semester 1-2017. "Kalaupun ada pertambahan, pertumbuhan tidak lebih dari 5%, karena sudah kalah di semester satu," sahutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×