Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
JAKARTA. Banyaknya pemain bisnis makanan olahan ayam membuat pemain lama PT Pioneerindo Gourmet International Tbk terus berbenah. Kabar terbaru, pemilik jaringan waralaba merek Californian Fried Chicken (CFC) ini mengalokasikan belanja modal atawa capital expenditure (capex) Rp 82,5 miliar untuk mendanai ekspansi tahun ini.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, (19/6) perusahaan berkode PTSP ini menyebut, sebesar 50% belanja modal berasal dari kas internal dan sisanya dari pinjaman bank. Hanya, jika membandingkan dengan catatan kas dan setara kas per 31 Desember 2013 lalu, porsi 50% menjadi sangat besar.
Pasalnya 50% belanja modal setara dengan Rp 41,25 miliar. Padahal kas dan setara kas perusahaan ini di akhir tahun lalu cuma Rp 14,21 miliar. Besaran kas dan setara kas ini juga tercatat sama di laporan keuangan teranyar perusahaan ini, yakni di kuartal-I 2014.
Lepas dari itu, Pioneerindo akan memanfaatkan belanja modal untuk dua rencana. Pertama, membangun 40 gerai baru. Perusahaan ini menganggarkan nilai investasi per gerai Rp 1,5 miliar.
Kedua, merenovasi 30 gerai lawas. Biaya mempercantik gerai ini diperkirakan akan mencapai Rp 750 juta per gerai.
Selain menambah jaringan distribusi dengan memperbanyak gerai, Pioneerindo juga akan membekali diri dengan strategi lain. Semisal meningkatkan kualitas produk dan promosi.
Berbagai upaya berbenah diri ini adalah rangkaian dari hasrat Pioneerindo mengejar pertumbuhan pendapatan usaha 10%-15% tahun ini. Jika tahun 2013, perusahaan ini mencetak pendapatan Rp 390,55 miliar, berarti bidikan pendapatan tahun ini adalah di kisaran Rp 429,61 miliar–Rp 449,13 miliar.
Sementara di bottom line, Pioneerindo menargetkan bisa mencatatkan pertumbuhan 5%. Jadi kalau laba bersih tahun lalu adalah Rp 35,49 miliar maka tahun ini diharapkan menjadi Rp 37,26 miliar.
Sekadar informasi, pos laba laba komprehensif yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk di kuartal I-2014, mengecewakan. Pos ini anjlok 72,36% menjadi Rp 1,02 miliar. Perusahaan ini beralasan, terpangkasnya laba ini karena beban usaha yang meningkat. Musabab beban usaha naik antara lain karena kenaikan gaji tahunan dan aktivitas pemasaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News