kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.587.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.370   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.155   47,14   0,66%
  • KOMPAS100 1.057   5,10   0,48%
  • LQ45 832   4,41   0,53%
  • ISSI 214   1,71   0,81%
  • IDX30 429   2,76   0,65%
  • IDXHIDIV20 512   2,62   0,51%
  • IDX80 121   0,63   0,53%
  • IDXV30 124   0,17   0,14%
  • IDXQ30 141   0,95   0,68%

PLN Bakal Pasang Tekonologi Tangkap Karbon di 4 PLTU-PLTGU Tahun 2040


Minggu, 19 Januari 2025 / 15:36 WIB
PLN Bakal Pasang Tekonologi Tangkap Karbon di 4 PLTU-PLTGU Tahun 2040
ILUSTRASI. PLN merencanakan akan memasang teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon pada tiga PLTU dan PLTGU pada tahun 2040 mendatang.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - BOGOR. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merencanakan akan memasang teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture and Storage (CCS) pada tiga Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan satu Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) pada tahun 2040 mendatang.

Adapun, PLTU potensial yang akan dipasangi CCS adalah PLTU Suralaya unit 1-7, kemudian PLTU Indramayu unit 1-3, PLTU Tanjung Jati B, dan PLTGU Tambak Lorok blok 1-2.

Direktur Utama dari anak usaha PLN, yaitu PLN Enjiniring Chairani Rachmatullah mengatakan empat PLTU-PLTGU dipilih dari 52 unit PLTU yang saat ini ada di Indonesia. Dengan mempertimbangkan kebutuhan listrik dan juga potensi wilayah untuk mengembangkan CCS.

"Kami sudah melakukan study untuk PLTU Suraya, PLTU Indramayu, pembangkit gas kami coba Tb. Lorok dan Pembangkit PLTU Tanjun Jati," ungkap Chairani dalam agenda Understanding Carbon Capture and Storage (CCS), Sabtu, (18/01).

Baca Juga: Tidak Bisa Beli Banyak-Banyak, Ini Batas Maksimal Beli Token Listrik Diskon 50%

Adapun, PLTU-PLTGU yang dipilih untuk menggunakan teknologi CCS ini telah menggunakan teknologi co-firing dengan biomassa.

Direktur Utama PLN Enjiniring, Chairani Rachmatullah.

"Itu juga sudah co-firing semua sampai 5%. Jadi sekarang pun tidak 100% pakai batu bara. Tapi 5%-nya sudah pakai biomassa, ini upaya PLN untuk mengurangi CO2-nya," tambahnya. 

Kemudian, dalam penerapan CCS Chairani mengungkap perhitungan dalam biaya masih menjadi pertimbangan PLN dalam menerapkan teknologi ini.

"Biayanya tetap harus dialokasikan dan dipertimbangkan. Kita sudah studi karena tadi biayanya, masih US$ 40 per ton (CO2 yang disimpan). Sementara kalau menggunakan gas biayanya bisa US$ 12, US$ 15 hingga US$ 20, masuk 2-3 kali lipatnya" tambahnya.

Sebagai gambaran, dengan biaya penyimpanan CO2 sebanyak US$ 40 per ton, maka akan terjadi peningkatan biaya atau cost listrik. Padahal saat ini, PLN tengah menjaga agar tarif listrik berada di angka Rp1.467 per kwh.

"Sayang, kalau negara harus mensubsidi PLN, sementara uang itu kita butuhkan untuk bangun sekolah, jalan, jembatan, rumah sakit dan lain sebagainya. Itulah kenapa, listrik itu harus kita bangun dengan biaya yang semurah-murahnya," ungkap Chairani.

Meski begitu, Chairani bilang dimasa depan tetap ada potensi biaya penggunaan teknologi CCS akan mengalami penurunan.

"Karena itu, kita akan implement dengan CCS atau CCUS. Kita pelajari mana yang lebih efektif untuk kelistrikan. Dalam hal ini adalah lebih murah dan lebih executable," ungkapnya. 

Baca Juga: Pemerintah Mengerek Volume DMO Batubara

Selanjutnya: Manchester United vs Brighton: Preview, Prediksi Skor, dan Info Line Up

Menarik Dibaca: Film 1 Kakak 7 Ponakan Siap Sentuh Hati Penonton Bioskop

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×