Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Raksasa energi global Shell dan Chevron tengah bersiap kembali meramaikan industri hulu minyak dan gas bumi (migas) Indonesia.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengonfirmasi bahwa kedua perusahaan tengah menjajaki peluang investasi di sejumlah wilayah kerja (WK) potensial.
Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas, Rikky Rahmat Firdaus mengungkapkan, Shell telah menunjukkan ketertarikan serius untuk kembali masuk ke pasar migas Tanah Air. Salah satu indikasinya adalah kehadiran perwakilan Shell dalam ajang Indonesia Petroleum Association (IPA) Conference pada 20-22 Mei 2025.
"Pak Kepala (SKK Migas) memerintahkan kami untuk mengundang Shell ke Indonesia di acara gelaran IPA Indonesia Petroleum Association. Kami undang, beliau hadir dan beliau menyampaikan secara verbali ketertarikan untuk masuk kembali ke Indonesia. Dan ini dibuktikan dengan Shell membeli data melalui Migas Data Repository (MDR)," kata Rikky ditemui usai konferensi pers kinerja hulu migas semester I-2025 di Jakarta, Senin (21/7).
Baca Juga: Cadangan Minyak Nasional Capai 4,3 Miliar Barel Per Mei 2025
Shell diketahui telah membeli paket data seismik senilai US$ 30.000, sebagai bagian dari studi awal terhadap sejumlah potensi WK. Data tersebut akan digunakan untuk penjajakan awal dan kemungkinan joint study bersama Kementerian ESDM.
Sementara itu, Chevron juga mulai menunjukkan sinyal positif untuk kembali menanamkan investasi di hulu migas Indonesia.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto menyebut, perusahaan migas asal Amerika Serikat ini tengah mencari lapangan migas berskala besar, dan lebih tertarik untuk bergabung dalam proyek yang sudah memiliki temuan cadangan (discovery).
"Chevron lagi lihat-lihat, dia lagi mau cari lapangan besar dan kalau bisa join dari lapangan yang sudah discovery. (Chevron) minta open room ke SKK," kata Djoko dalam konferensi pers kinerja hulu migas semester I-2025 di Jakarta, Senin (21/7).
Meski aktivitas Chevron belum tercatat dalam repositioning eksplorasi, komunikasi dan penjajakan terus dilakukan secara hati-hati.
“Kalau Chevron ini dia enggak mau gembar-gembor dulu gitu, jadi harus di ini kan dengan hati-hati sekali supaya memang tone nya masuk," kata Rikky.
SKK Migas juga mencatat adanya kolaborasi antar KKKS dalam berbagi risiko, terutama untuk wilayah eksplorasi yang memerlukan investasi besar. Salah satu contohnya adalah proyek eksplorasi Bobara di Papua dengan nilai investasi mencapai US$92 juta.
Baca Juga: Perusahaan Raksasa Asal AS Chevron Tengah Bidik Lapangan Migas di Indonesia
“Tapi kita melihat bahwa antar KKKS itu kan saling bicara juga, saling ngobrol karena untuk kegiatan-kegiatan dengan investasi besar kan harus berbagi resiko contohnya itu tadi kan Bobara itu 92 juta dolar, siapa yang punya kan, kalau sendirian dengan total INP masuk di Papua, berarti kan mereka berbagi risiko sharing gitu,” ungkapnya
Tak hanya Shell dan Chevron, SKK Migas juga membuka peluang masuknya KKKS besar lainnya ke wilayah Laut Dalam di Indonesia Timur. BP, misalnya, telah melakukan survei seismik di WK Agung 1 dan Agung 2. Hasil awal menunjukkan potensi menjanjikan, namun masih perlu ditindaklanjuti dengan seismik tambahan, terutama menuju area Laut Dalam yang berdekatan dengan WK Bung Amas dan WK Posko.
“Opportunity inilah yang implikasi dari keberhasilan kita melaksanakan pemenuhan komitmen kerja pasti di open area yang tahun-tahun sebelumnya itu kita bagi ke beberapa daerah, datanya mencukupi, KKKS tertarik, KKKS merasa perlu mendalami hasil open area seismik sebelumnya,” kata Rikky.
Selanjutnya: Sumber Tani Agung (STAA) Catat Laba Bersih Rp 3,58 Triliun per Semester I 2025
Menarik Dibaca: Combo Mantap Tiap Selasa! Promo KFC Chicken & Soda Day Cuma Rp 18.000-an
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News