kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

PLN buka-bukaan soal hambatan dan strategi dalam implementasikan EBT di Indonesia


Senin, 15 November 2021 / 16:58 WIB
PLN buka-bukaan soal hambatan dan strategi dalam implementasikan EBT di Indonesia
ILUSTRASI. Pekerja membersihkan panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) . ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/foc.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT PLN (Persero) harus menghadapi sejumlah tantangan dalam mewujudkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT). 

Pasalnya, saat ini PLN masih menghadapi banyak persoalan seperti penyelesaian proyek mega listrik 35 GW yang didominasi pembangkit fosil, oversupply listrik, hingga mengejar target Nationally Determined Contribution (NDC) di 2030 mendatang. 

Edwin Nugraha Putra, EVP Electricity System Planning PT PLN, memaparkan terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi PLN saat ini. Tantangan terbesar adalah meneruskan pembangunan pembangkit fosil bersamaan dengan menekan emisi karbonnya. 

Edwin menjelaskan, dalam beberapa tahun mendatang, PLN sedang menyelesaikan program 35 GW yang didominasi pembangkit fosil. Pembangkit-pembangkit ini akan masuk secara bertahap mulai dari 2021 hingga 2023 nanti. 

Baca Juga: Kementerian ESDM minta PLN benahi sistem kontrak batubara

"Ini akan membuat PLN dalam kondisi oversupply karena memang beban listrik sekarang ini turun sangat rendah disebabkan oleh pandemi," jelasnya dalam acara acara CEO Live Series-3 - Sustainability Action yang disiarkan secara virtual, Senin (15/11). 

Menurut hitung-hitungan PLN, beban listrik pada 2019 direncanakan sebelumnya, baru akan kembali di 2022 nanti. Artinya, terjadi 3 tahun perlambatan beban listrik. Bersamaan dengan melambatnya beban listrik ini, infrastruktur pembangkit fosil sudah mulai masuk. 

"Tantangannya, bagaimana fosil dapat kami pakai berkesinambungan menuju ke arah renewable energy tadi. Makanya sebagian batubara kami coba operasikan dengan biomassa. Ini bisa meningkatkan bauran energi terbarukan hampir mencapai 6% tanpa mengeluarkan capex baru, cukup opex mengganti batubara dengan biomassa. Syukur-syukur kalau harga biomassa sama dengan batubara," ujar Edwin. 

Tantangan kedua ialah, bagaimana pada 2025 target bauran EBT sebesar 23% bisa tercapai. 

Edwin menjelaskan, untuk menjawab tantangan tersebut, PLN memfokuskan agenda menggantikan PLTD di daerah remote digantikan dengan PLTS. Pertimbangannya, saat ini harga diesel masih mahal atau sekitar 30 cent, sedangkan kalau PLTS menggunakan baterai harganya dapat dimungkinkan sekitar 25 cent. Edwin mengungkapkan, ada 450 lokasi dengan besar 588 MW PLTD dengan potensi konversi ke PLTS sebesar 1,2 GW. 



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×