Reporter: Petrus Dabu, Fitri Nur Arifenie | Editor: Edy Can
JAKARTA. Peraturan Menteri ESDM No 7 Tahun 2012 tentang Pertambahan Nilai Hasil Pertambahan Mineral membawa berkah bagi PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Mereka kini kebanjiran order untuk menyediakan listrik yang diperlukan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter).
Kepala Divisi Niaga PLN, Beny Marbun, mengatakan, saat ini, PLN sedang melakukan negosiasi soal pasokan listrik dengan PT Jasindo Utama. Perusahaan ini sedang membangun pabrik pengolahan dan pemurnian mangan di Takari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada Mei 2013, smelter milik Jasindo Utama membutuhkan listrik sekitar 10 Megawatt (MW). Kebutuhannya bertambah menjadi 18 MW pada Agustus 2013, naik menjadi 35 MW pada Oktober 2014 dan 140 MW pada Agustus 2016. "Kami baru mengundang mereka untuk membicarakan kerjasama pasokan listrik ini," ungkap Beny kepada KONTAN, Kamis (10/5).
Sebelumnya, pada Maret 2012, PLN telah meneken kerja sama memasok listrik sebesar 70 MW dengan PT Bosowa Metal Industri. Perusahaan ini akan membangun pabrik pengolahan nikel di Jeneponto, Sulawesi Selatan. PLN akan memasok listrik jenis layanan premium ke smelter ini.
Kemudian, pada 20 April 2012, PLN juga meneken kesepakatan kerjasama serupa dengan Modern Group. PLN akan memasok listrik 300 MW secara bertahap mulai tahun ini ke smelter Modern Group.
Beny menyatakan, umumnya pembangunan pabrik dilakukan bertahap. Tahap pertama dibutuhkan pasokan listrik 70 MW, kemudian untuk tahap kedua bertambah hingga 150 MW. "Rata-rata, setiap pabrik pengolahan bijih mineral membutuhkan listrik 150 MW," imbuh dia.
Direktur Perencanaan dan Manajemen Risiko PLN, Murtaqi Syamsuddin, mengatakan, selain Bosowa, Modern Group, dan Jasindo Utama ada lagi lima perusahaan lain yang mengajukan permintaan pasokan listrik untuk pabrik smelter. Belum jelas siapa saja calon pelanggan itu.
Investor asing serius
Mengenai PT Jasiando Utama, Beny menyatakan, perusahaan tersebut adalah kongsi investor asal Korea Selatan dan China. Kapasitas produksi terpasang pabrik tersebut mencapai 24.000 ton per bulan. Pengerjaan proyek ini sudah dimulai September 2011 dengan nilai investasi total Rp 1,1 triliun.
Smelter yang dibangun ini khusus mengolah mangan dan menghasilkan ferromangan dan siliconmangan yang berorientasi ekspor. "Tahap pertama kapasitas produksi olahan mangan sekitar 3.000 ton per bulan, tahap kedua 6.000 ton per bulan serta tahap ketiga 24.000 ton per bulan," papar Chang Chongching, Presiden Direktur Jasindo Utama.
Dari hasil produksi itu, rencananya mangan akan di ekspor ke Korea Selatan dan kawasan Asia Timur dengan nilai ekspor per tahun sebesar
US$ 3,75 juta. Sedangkan untuk domestik, perusahaan ini siap mengirimkan mangan ke PT Krakatau Steel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News