Reporter: Muhammad Julian | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN menegaskan komitmennya untuk mendukung program dekarbonisasi yang diusung pemerintah.
Executive Vice President Komunikasi Korporat dan TJSL PLN Agung Murdifi mengatakan, PLN telah menyusun strategi untuk menjadi perusahaan listrik yang bersih dan hijau. “PLN mendukung penuh program dekarbonisasi yang diusung pemerintah guna menghadirkan ruang hidup yang lebih baik bagi generasi mendatang,” kata Agung kepada Kontan.co.id (21/11).
Menurut Agung, strategi PLN untuk mendukung program dekarbonisasi serta menjadi perusahaan listrik yang bersih dan hijau terdiri atas sejumlah langkah. Pertama, menghentikan pembangunan serta mempensiunkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) eksisting secara bertahap.
Dalam peta jalan PLN, PLN bakal ‘memensiunkan’ PLTU sub-critical sebesar 10 gigawatt (GW) pada tahun 2035. Tahapan tersebut selanjutnya diikuti dengan langkah PLN memensiunkan PLTU supercritical sebesar 10 GW juga pada tahun 2045, dan PLTU ultra super critical 55 GW di tahun 2055.
Di saat yang sama, PLN juga mencanangkan investasi besar-besaran untuk mempercepat peningkatan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) hingga 20,9 GW pada tahun 2030 mendatang. Rencana ini sudah dituangkan dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN 2021-2030.
Beberapa contoh proyek yang saat ini tengah berjalan misalnya PLTS Terapung Cirata. PLTS tersebut akan menjadi PLTS Terapung terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas 145 Mwac dan ditargetkan beroperasi akhir tahun 2022.
Baca Juga: PLN berharap pelanggan pasca bayar beralih ke pra bayar
PLTS Terapung Cirata akan dijalankan oleh PMSE (Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi) yang merupakan Project Company hasil bentukan dari konsorsium cucu usaha PLN, yaitu PJBI dengan porsi saham 51% dengan perusahaan asal Uni Emirat Arab, Masdar dengan porsi saham 49%.