Reporter: Fitri Nur Arifenie |
JAKARTA. PT PLN (Persero) kini mulai bisa menggemukkan pundi-pundinya. Pasalnya, bila proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Asahan III beroperasi, kini PLN tak lagi menganggarkan pembelanjaan Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar Rp 2,5 triliun per tahun.
"Jika menggunakan BBM, maka dibutuhkan 450 ribu kiloliter per tahun untuk mengoperasikan pembangkit dengan kapasitas 174 MW ini. Jadi pengoperasian pembangkit dengan tenaga air ini bisa hemat Rp 2,5 triliun setiap tahunnya," kata Direktur Perencanaan dan Teknologi PLN, Nasri Sebayang.
kepada KONTAN, Rabu (28/7).
Seluruh persiapan pembangunan, termasuk pembebasan lahan, sudah dilaksanakan pada bulan Mei. Pada bulan Juni lalu, BUMN listrik ini mulai membuka tender rekayasa, pengadaan dan konstruksi atau Engineering, Procurement and Contruction (EPC).
PLTA ini dibangun dengan dana sebesar US$ 330 juta atau setara dengan Rp 3,3 triliun. Dana ini diperoleh dari JBIC sebesar US$ 250 juta, dan sisanya dari PLN dan pemerintah. "Kita bangun PLTA sebesar Rp 3,3 triliun, sementara hematnya Rp 2,5 triliun per tahun. Padahal pembangkit ini bisa beroperasi sampai 50 tahun nanti," ungkap Nasri.
PLN mematok PLTA unit 1 akan mulai beroperasi pada tahun 2013, diikuti unit berikutnya pada tahun 2014. Nasri berharap, kehadiran PLTA bisa memperkuat pasokan listrik di wilayah Sumatera Utara. "Saat ini kondisi listrik di sana sudah membaik. Semoga dengan adanya proyek ini akan semakin lebih baik," harapnya.
PLTA ini berkapasitas 2 x 87 MW dan berlokasi di Kabupaten Asahan dan Tobasa, Sumatera Utara. Pada tahap persiapan pembangunan PLTA Asahan III, PLN telah merogoh koceknya sebesar Rp 100 miliar untuk membiayai studi kelayakan, pembuatan detail desain dan pembuatan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News