Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Sejak menuntaskan proses financial close untuk proyek PLTU Cirebon II berkapasitas 1x1000 megawatt (MW), PT Cirebon Electric Power mulai sibuk untuk melakukan pengerjaan sipil dan persiapan lahan. Pasalnya, perusahaan ini harus mengejar pembangunan untuk mengejar masa operasi pada tahun 2021.
Asal tahu saja, proyek bernilai US$ 2,2 miliar tersebut memang prestisius karena bukan saja dari sisi kapasitas yang besar namun juga teknologi yang digunakan.
Heru Dewanto, Presiden Direktur PT Cirebon Electric Power mengatakan, pengerjaan konstruksi sipil sudah dimulai sejak bulan lalu dan terus melakukan pengerjaan pematangan lahan. Nantinya, boiler yang digunakan di PLTU Cirebon II menggunakan teknologi boiler ultra super critical yang sangat ramah lingkungan. Sesuai dengan power purchase agreement (PPA), PLN akan menyerap 80% listrik yang dihasilkan dengan tarif 6,3 sen per kwh.
"Cirebon Power expansion sudah mencapai dry financial close dengan lenders pada tanggal 18 April 2017 yang lalu dan sudah mulai konstruksi sejak Mei 2017," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (8/6).
Diperkirakan kebutuhan batubara untuk proyek PLTU Cirebon II tersebut mencapai 3 juta- 4 juta ton. Cirebon Power tidak sendiri dalam menggarap proyek ini, pihaknya menggandeng sejumlah mitra bisnis yang tergabung dalam sebuah konsorsium.
Saat ini, Cirebon Power menggenggam 20% saham PLTU Cirebon II, sedangkan Marubeni Corp memiliki 35% saham, Komipo Co Ltd memiliki 10% saham dan Chubu Electric Power Co Ltd dengan 10% saham.
Yang jelas sepanjang tahun ini pihaknya akan terus melakukan pengerjaan sipil untuk mempercepat proses pembangunannya sesuai dengan PPA yang sudah ditandatangani dengan PLN. "Kami lakukan pengurukan dan pemadatan tanah yang memakan waktu hampir setahun. Pengerjaan lain yang dilakukan itu access road pemagaran, desain dan DP ke manufaktur dan pabrikan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News