Reporter: Hasbi Maulana | Editor: Hasbi Maulana
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi operasional sektor manufaktur di Indonesia sedikit membaik menuju kuartal ke-IV tahun 2017. Pertumbuhan ini didorong oleh ekspansi produksi dan permintaan baru.
Purchasing Managers Index™ (PMI™) Manufaktur Indonesia terbaru dari Nikkei menunjukkan kecenderungan itu. PMI Manufaktur Indonesia naik dari poin 50,1 (Oktober) menuju 50,4 (November).
Sekadar catatan, batas angka 50 menujukkan tidak ada peningkatan dibanding hasil survei sebelumnya. Oleh sebab itu, angka PMI terbaru ini menunjukkan kondisi operasional sektor manufaktur Indoensia meniungkat tipis, ketimbang kondisi bulan lalu.
Survei ini mencatat tingkat produksi yang naik selama dua bulan berturut-turut di bulan November Peningkatan ini lebih banyak didorong oleh permintaan baru. Meski tipis, tingkat ekspansi produksi ini merupakan yang terkuat sejak April 2017 lalu.
Namun, di sisi lain, perusahaan-perusahaan tetap dihadapkan pada tekanan biaya yang semakin tajam. Harga bahan baku naik pada kisaran terbesar sejak Juni 2017 lalu.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan pun menaikkan harga penjualan rata-rata mereka. Akan tetapi mereka tidak bisa membebankan kenaikan beban biaya sepenuhnya kepada pelanggan yang sensitif terhadap harga.
Survei ini juga mencatat bahwa tingkat permintaan baru naik dengan laju terkuat dalam tiga bulan terakhir. Kenaikan permintaan berasal dari klien domestik maupun luar negeri. Namun demikian, tingkat kenaikan itu masih berada pada kisaran yang sedang.
Meski penumpukan barang inventori terus menurun pada November, perusahaan-perusahaan merasa masih memiliki sumber daya yang cukup untuk memastikan pemenuhan permintaan baru tepat pada waktunya. Akibatnya, kecenderungan untuk mengurangi tenaga kerja pada November masih berlanjut.
Kepercayaan diri berbisnis terhadap perkiraan produksi untuk kurun waktu 12 bulan mendatang menguat ke posisi tertinggi dalam bulan terakhir, sampai November. Inisiatif pemasaran yang ditingkatkan, rencana ekspansi perusahaan, perkembangan produk baru, dan kondisi permintaan yang membaik semakin memperkuat optimisme berbisnis para manajer yang menjadi responden.
Menanggapi data survei PMI Manufaktur Indonesia itu, Aashna Dodhia, Ekonom IHS Markit yang menyusun survei, melihat nilai tukar terhadap dolar yang relatif lemah dan kekurangan bahan baku berperan terhadap kenaikan tajam biaya produksi sejak pertengahan tahun 2017. “Catatan baiknya, tingkat kepercayaan diri berbisnis naik ke posisi terkuat dalam tiga bulan, meski masih relatif lemah jika berbanding dengan standar historis”.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News