Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Menurut Sutioyono, pola PIR dengan komoditas sawit terbukti berhasil dan merupakan pengembangan yang strategis. Beberapa bukti itu ialah mampu membuka isolasi wilayah. Pusat-pusat keramaian di beberapa daerah dulu adalah wilayah terpencil.
Ekonomi daerah menjadi terbangun sehingga kemiskinan berkurang dan lapangan kerja terbuka. Daerah pelosok dibangun. “Secara umum ekonomi di daerah PIR yang dulu tidak ada apa-apanya sekarang terbangun dari semua aspek,” katanya.
Kemitraan diibaratkan gigi dalam mesin saling terkait dimana terjadi saling ketergantungan, menguntungkan dan membutuhkan. Kalau salah satu macet maka semua mesin akan mati.
Baca Juga: Menkeu minta Dirut BPDPKS anyar percepat program peremajaan sawit
Kemitraan juga ibarat telur dimana perusahaan inti sebagai kuning telur, petani lewat KUDnya menjadi telur putih dan pemerintah dengan berbagai aturan yang dikeluarkan menjadi kulit pengikatnya.
Keuntungan pola kemitraan adalah bagi perusahaan ada kepastian pasokan sedang bagi pekebun ada kepastian penjualan TBS. Harga juga sudah ditentukan lewat penetapan harga sesuai Permentan.
Kelembagaan pekebun berkembang baik dibuktikan dengan kinerja koperasi PIR yang rata-rata bagus. Usaha perkebunan juga berkembang dengan baik karena semua pihak sama-sama diuntungkan. Karena sejak awal dibina oleh inti maka petani plasma sudah mempraktekan sustainability dan paling siap untuk sertifikasi ISPO, RSPO dan ISCC.
Baca Juga: Sri Mulyani lantik Eddy Abdurrachman sebagai Dirut BPDPKS baru
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News