Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembelian hak partisipasi atau participating interest 40% Rio Tinto di tambang emas Grasberg PT Freeport Indonesia oleh PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu masalahnya adalah soal harga.
Sumber Kontan.co.id berbisik, Menteri BUMN memberikan proposal harga Rio Tinto ke Presiden Joko Widodo (Jokowi). Santer terdengar, Rio Tinto meminta harga US$ 5 miliar. Menko Maritim Luhut Panjaitan menilai harga itu kemahalan.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno mengatakan, valuasi harga divestasi sudah diajukan ke Presiden. Fajar membantah harganya US4 5 miliar. Dia hanya mengatakan, harga yang diminta Rio Tinto akan dibahas Istana. "Nanti Presiden yang memutuskan setuju atau tidak," ungkap dia.
Kontan.co.id berusaha mengirim surat elektronik ke Rio Tinto, tapi hingga tulisan ini naik cetak, belum mendapat jawaban.
Sementara Direktur Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, negosiasi sangat complicated. Negosiasi ini tidak hanya melibatkan Freeport Indonesia, juga Rio Tinto. "Kompleksitasnya banyak," terangnya saat buka bersama dengan media, Senin (4/6).
Budi masih enggan menjabarkan valuasi harga Inalum untuk membeli hak partisipasi Rio Tinto dan sisa saham yang akan diambil dari Freeport Indonesia untuk memenuhi 51%. Alasannya terikat dengan disclosure agreement baik kepada Rio Tinto maupun Freeport Indonesia.
Yang jelas, Inalum sudah memperoleh komitmen pendanaan tinggal tunggu transaksi pembelian terjadi. "Komitmen pendanaan dari konsorsium bank-bank sudah ada," tegasnya
Soal target transaksi Budi menyanggah bulan Juni selesai. "Mesti tanya sama yang berjanji selesai Juni). Transaksi yang penting benar, jangan terburu-buru," terangnya. Sebelumnya Menteri BUMN Rini Soemarno meminta Inalum segera menuntaskan transaksi dengan Rio Tinto pada Juni 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News